Ekspor Batu Bara Tembus Rp400 Terliun, Masih Ada Durian Runtuh

Jakarta,Suara Pancasila 22 November 2023- Nilai dan volume batu bara Indonesia pada Oktober 2023 melonjak dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, secara kumulatif, nilai ekspor turun karena harga pasir hitam yang terus melandai.

Harga komoditas batu bara acuan sepanjang pekan lalu terpantau lesu, meski sentimen dari musim dingin yang akan tiba belum dapat menggairahkan komoditas emas hitam tersebut.

Sepanjang pekan lalu, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Desember 2023 terpantau ambles 3,09% secara mingguan (week on week/WoW).

Bacaan Lainnya

Sedangkan pada perdagangan Jumat (17/11/2023), harga batu bara acuan juga melemah 0,36% ke posisi US$ 125,5/ton. Harga batu bara telah melemah sejak September 2023. Harga batu bara September terkoreksi 1,36%, Oktober ambruk 18,52%, dan November 1,49% secara bulanan (month to month/mtm).

Dampak Ekspor bara Indonesia,kinerja ekspor domestik batu bara Oktober secara keseluruhan tercatat membaik meski ada tren penurunan harga dibandingkan September (mtm). Nilai ekspor Oktober mengalami kenaikan 24% menjadi US$ 2,74 miliar (mtm). Bila dirupiahkan angkanya mencapai Rp 42,12 triliun.

Kenaikan disebabkan oleh tingginya permintaan dari China dan India. China mengalami gangguan pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) akibat mengeringnya aliran air, sehingga penggunaan pembangkit batu bara semakin intensif.

Kenaikan ekspor batu bara Oktober terlihat pada India, Tiongkok, Jepang, dan Filipina sepanjang Oktober (mtm). Di sisi lain, Malaysia mengalami penurunan tingkat ekspor signifikan sebesar 33% menjadi US$ 137 juta pada Oktober.
Ekspor ke India menembus US$ 803,2 juta atau sekitar Rp 12,79 triliun sementara pengiriman ke China mencapai US$ 464,7 juta atau sekitar Rp 7,16 triliun.

Secara keseluruhan, nilai ekspor batu bara tercatat US$ 28,86 miliar atau setara dengan Rp 444,44 triliun. Nilai tersebut anjlok 25,81% dibandingkan tahun lalu.

Dilihat dari volumenya, ekspor pada Oktober 2023 tercatat 35,96 juta atau naik 18,21% (mtm) dan meningkat 9,87% (mtm). Ekspor Ke India melesat 20% (yoy) dan terbang 46,5% (mtm) menjadi 13,67 juta ton. Volume ekspor ke China anjlok 17,5% (yoy) tetapi melonjak 39,2% (yoy) menjadi 6,24 juta ton.

volume ekspor batu bara pada periode Januari-Oktober 2023 mencapai 273,8 juta ton atau naik 2,35% dibanding tahun sebelumnya (yoy).

Penurunan harga batu bara menyebabkan penambang harus memaksimalkan volume yang diekspor untuk mempertahankan kinerja keuangan perseroan. Peningkatan volume diharapkan dapat mempertahankan kinerja keuangan perusahaan di tengah penurunan harga.

Kenaikan volume ekspor juga disebabkan oleh tingginya permintaan karena tingginya suhu pada pertengahan tahun serta fakta bahawa tahun lalu Indonesia sempat melarang ekspor batu bara. Ekspor batu bara sempat dihentikan pada Januari 2022 karena tipisnya persediaan batu bara PT Perusahaan Listrik Negara. Artinya, secara volume ada satu bulan berkurang dibandingkan tahun lalu.

Tingkat volume ekspor batu bara juga terpantau positif. Salah satu kejutan ekspor batu bara Indonesia secara peningkatan persentase volume terlihat pada negara tujuan Filipina, Bangladesh, dan Jepang. Ketiga negara ini menunjukkan lonjakan ekspor dari Indonesia secara bulanan maupun secara tahunan.

Volume ekspor batu bara Indonesia periode Oktober ke Filipina naik 16% menjadi sekitar 3 juta ton, Bangladesh naik 12% menjadi 1,4 juta ton, dan Jepang sebesar 55% menjadi 2,3 juta ton. Penggerak utama ekspor batu bara Indonesia didukung oleh India dan Tiongkok sebagai pengguna batu bara terbesar global.

Sentimen Pergerakan Harga Batu Bara Oktober
Koreksi harga batu bara Oktober terjadi meski permintaan China pada musim dingin tahun ini mungkin meningkat sebesar 140 gigawatt (GW) atau 12,1% dari puncak tahun lalu, karena penggunaan listrik melonjak pada paruh kedua tahun 2023, kata seorang pejabat pada Senin yang dikutip dari Reuters.

Permintaan puncak pada musim dingin lalu adalah 1.159 GW, menurut data yang dirilis sebelumnya dari National Energy Administration (NEA).

Permintaan listrik Tiongkok pada September naik sebesar 9,9% dari tahun sebelumnya menjadi 781 ribu GigaWatt-hour (GWh), kata NEA awal bulan ini, seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

Meskipun pasokan listrik pada musim dingin umumnya terjamin, kekurangan listrik diperkirakan terjadi di provinsi Yunnan, dan mungkin terjadi kekurangan listrik di Mongolia Dalam, pejabat itu menambahkan.

Meski permintaan diperkirakan meningkat, S&P Global Commodity Insight memperkirakan China masih akan menahan permintaannya sementara agar dapat membeli dengan harga murah. Penahanan permintaan ini mungkin dilakukan sebagai langkah persiapan China yang akan membutuhkan batu bara yang tinggi ke depan.

Penundaan permintaan China menjadi berhasil menjatuhkan harga batu bara, bahkan menyentuh level terendahnya dalam 2 tahun lebih.

Demikian pula dengan India, konsumen batu bara terbesar kedua ini juga diperkirakan menahan permintaannya, karena enggan membeli pada harga saat ini. Permintaan dua raksasa ekonomi Asia yang ditahan menghancurkan harga pasir hitam.

Selain itu, penurunan harga juga disebabkan oleh mulai beralihnya ke sumber energi gas di tengah pasokan batu bara yang masih mencukupi.

Dalam perdagangan batubara fisik, kurangnya “pembeli asli” terus “menghambat aktivitas”, kata seorang broker dalam sebuah catatan kepada kliennya yang dikutip dari Montel.

Seorang analis pemasok batu bara sepakat bahwa permintaan tidak banyak, meskipun ia mengatakan terdapat peningkatan konsumsi di Jerman. Ia juga menunjukkan adanya keterbatasan pada kualitas batubara dengan spesifikasi lebih tinggi.

Sumber: CNBC Indonesia Research

research@cnbcindonesia.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *