9 Warga Brebes Jadi Korban Perbudakan Modern di Maluku Utara, Terlantar di Ternate

BREBES (JATENG), SUARAPANCASILA.ID- Harapan sembilan warga Brebes untuk mendapatkan pekerjaan layak di Maluku Utara berakhir dengan kenyataan pahit. Mereka menjadi korban perbudakan modern di Halmahera Tengah, dipaksa bekerja 12 jam sehari dengan upah yang tak pernah utuh.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Brebes, Warsito Eko Putro, menyebut pemulangan para pekerja ini merupakan atensi langsung Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma.

“Pekerja ini korban perbudakan moderen di Halmahera Tengah Maluku Utara. Mereka dipekerjakan selama 12 jam, padahal ketentuanya maksimal 8 jam sehari,” kata Eko, Kamis, 20 November 2025.

Bacaan Lainnya

Salah seorang korban, Aji Sugondo, mengisahkan awal mula keberangkatan. Ia bersama rekan-rekannya dijanjikan pekerjaan ringan dengan jam kerja hanya 4,5 jam sehari, upah bersih Rp160 ribu, dan mess gratis.

“Awalnya itu ditawari kerja oleh Rosul, orang Bulusari kerja di Halmahera Tengah. Janjinya enak enak, kerja cuma 4,5 jam dan upah bersih Rp 160 ribu per hari. Mess gratis disediakan perusahaan,” ujarnya.

Namun setiba di lokasi, janji itu berubah menjadi jeratan. Jam kerja melonjak menjadi 12 jam, biaya keberangkatan ditanggung pekerja hingga Rp2,3 juta per orang, dan mess dikenai Rp50 ribu per hari.

“Justru tidak ada sisa. Saya minus Rp 580 ribu bahkan teman saya sampai minus Rp 1 – 2 juta karena dia sakit dan hanya tidur. Jadi orang yang ga kerja tetap dihitung mess dan biaya selimut oleh mandor,” kata Aji.

Tak kuat dengan kondisi tersebut, mereka kabur ke Ternate. Hidup di emperan toko, makan seadanya. “Beli makanan mahal, Rp 30 ribu. Jadi beli satu untuk dua orang. Untuk bisa makan, ada yang minta kiriman uang dari keluarga,” ucap Aji.

Pemkab bersama Baznas Brebes, Pemkab Halmahera Tengah, Pemprov Maluku Utara, dan paguyuban Jawa akhirnya memulangkan mereka. “Baznas Brebes membantu kepulangan dengan membelikan tiket, 900 ribu per orang,” ungkap Ketua Baznas Brebes, Abdul Haris.

Pada Rabu malam, 19 November 2025, pukul 22.00 WIB, sembilan pekerja tiba di kampung halaman. Mereka adalah Herman (Cikakak, Banjarharjo), Ahmad Rodin, Aji Sugondo, Ilham Sutrisno, Ihya Ulumudin, Sugyo (Pakijangan, Bulakamba), Abdul Wirto, Hendra Setiawan (Bangsri, Bulakamba), dan M Dandi (Cipelem, Bulakamba).

“Dandi pulang terpisah dengan kereta dari Surabaya karena alasan kesehatan,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *