Bekantan Tersesat di Kurau Dilepasliarkan ke Habitat Alaminya di Panjaratan

TANAH LAUT(KALSEL), SUARA PANCASILA.ID – Sungai Panjaratan kembali merekam jejak penting upaya penyelamatan satwa endemik Kalimantan. Dalam rentang dua hari yang intens, seekor anakan bekantan jantan berusia sekitar satu tahun akhirnya menemukan jalan pulang ke habitat alaminya—berkat respons cepat dan kolaborasi berbagai pihak yang peduli pada kelestarian satwa berhidung panjang ini.

Kepala Seksi Wilayah 1 BKSDA Kalsel, Agus Erwan, mengisahkan awal temuan tersebut.

“Selasa, tanggal 9 Desember 2025, seekor anakan bekantan berkelamin jantan usia sekitar satu tahun ditemukan di Desa Kurau. Satwa ditemukan dalam kondisi sehat dan sendiri, seperti terpisah atau tersesat. Tim BKSDA Kalsel terdiri dari Agus Erwan, Muda Yulivan dan M Arifin langsung menuju lokasi dan mengevakuasi satwa dimaksud,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Bekantan muda itu ditemukan tanpa induk, sendirian di kawasan yang bukan merupakan habitat utamanya. Setelah dipastikan sehat, tim membawa satwa dilindungi ini untuk ditangani lebih lanjut dan menunggu waktu pelepasliaran yang tepat.

Keesokan harinya, Rabu, 10 Desember 2025, proses pelepasliaran pun dilakukan. Lokasi yang dipilih adalah Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Panjaratan, ruang hidup alami yang selama ini menjadi kawasan pergerakan kelompok bekantan. Kegiatan ini dilakukan bersama Kelompok Sadar Wisata Surai Bekantan Panjaratan serta Gerakan Hijau Peduli Bekantan Tanah Laut (GAHIPBTA).

Perjalanan menuju titik pelepasliaran ditempuh menggunakan klotok, menyusuri aliran sungai selama kurang lebih 30 menit. Jalur air yang tenang itu bukan sekadar lintasan, melainkan denyut nadi kehidupan bagi kawanan bekantan yang menghuni kawasan tersebut.

Kolaborasi lintas kelompok ini bukan hanya soal menyelamatkan satu individu bekantan, tetapi juga tentang menjaga kesinambungan ekosistem yang mendukung keberlangsungan satwa endemik Kalimantan Selatan.

Agus Erwan menambahkan harapan jangka panjang dari kegiatan ini.

“Ke depan mungkin bisa dilakukan kegiatan monitoring bekantan di Panjaratan bersama kelompok masyarakat yang ada di Desa Panjaratan,” ujarnya.

Dukungan serupa datang dari masyarakat setempat. Rudimas, Pengurus Kelompok Wisata Surai Bekantan sekaligus anggota GAHIPBTA, menyampaikan pentingnya perhatian berkelanjutan terhadap wilayah konservasi ini.

“Harapan kami ke depan supaya kawasan ini lebih diperhatikan lagi dan kalau bisa ada jadwal rutin kegiatan monitoring,” tuturnya.

Ia melanjutkan,

“Ini sangat berguna dan bermanfaat, kita menjadi lebih mengenal dan tahu aktivitas bekantan di alam liar.”

Pelepasliaran seekor bekantan ini menjadi lebih dari sekadar proses pemulangan satwa ke habitatnya. Ia adalah pengingat bahwa pelestarian alam tak dapat berdiri sendirian. Ia hidup melalui kolaborasi, kepedulian masyarakat, dan komitmen menjaga rumah bersama—hutan, sungai, dan seluruh kehidupan yang dititipkan di dalamnya.(suarapancasila.id-hayat)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *