KABUPATEN TANAH LAUT (KALSEL), SUARAPANCASILA.ID – Air terus menggenang, nyaris tanpa tanda-tanda surut. Rumah terendam, jalan-jalan berubah menjadi sungai dadakan. Banjir di Kecamatan Bumi Makmur dan Kurau bukan sekadar peristiwa tahunan, tetapi tragedi yang terus berulang, memaksa ribuan warga kembali bertahan di tengah ketidakpastian.
Di antara kepungan air, H. Rahmat Trianto dan H. Muhammad Zazuli, Bupati dan wakil Bupati Tanah Laut terpilih, turun langsung. Tak sekadar meninjau, mereka menerjang banjir, menyusuri genangan yang menenggelamkan hampir seluruh aktivitas warga. Mereka tidak datang dengan tangan kosong -paket bahan pokok dibagikan, satu per satu posko disinggahi.
Dari Masjid Shirotul Jannah di Desa Kurau Utara hingga Handil Babirik, dari Kecamatan Bumi Makmur hingga Polsek Kurau -bantuan disalurkan. Di setiap titik, mereka bertemu dengan wajah-wajah lelah, tubuh-tubuh yang menggigil, dan harapan yang mulai pudar.
“Lebih dari 19 ribu jiwa terdampak. Ini bukan angka kecil. Ini lebih dari 5% penduduk Tanah Laut,” kata Rahmat, suaranya tegas, namun tak bisa menyembunyikan kepedihan.
Banjir bukan sekadar air yang datang lalu pergi. Ini soal kehilangan, tentang ketidakpastian, tentang bagaimana hidup berubah dalam hitungan jam. “Curah hujan tinggi selama hampir satu minggu. Empat kecamatan terendam: Kurau, Bumi Makmur, Bati-Bati, Tambang Ulang,” lanjutnya.
Air setinggi pinggang tak menghalangi mereka untuk berdiri bersama warga. “Sabar,” pesan Rahmat. Kata sederhana, tapi berat untuk dijalani ketika dapur tak bisa mengepul dan rumah berubah menjadi kolam.
Bantuan memang belum bisa menyelesaikan segalanya. Tapi kehadiran pemimpin di tengah derita warganya, setidaknya memberi sedikit kehangatan di tengah dinginnya air yang terus merendam tanah mereka.
“Ke depan, kami mencari solusi agar ini tidak terus berulang. Setidaknya, mengurangi dampak yang begitu besar,” tutup Rahmat.
Di sisi lain, tim relawan terus bergerak. Mereka adalah orang-orang yang punya kepedulian tinggi. H. Iriansyah, H. Amperansyah, dan banyak tokoh lainnya turun tangan. Bukan untuk pencitraan, tapi karena mereka tahu: solidaritas adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan saat bencana melanda.
Penulis Hayatullah K