China Kuasai 99% Pasar Busana Muslim Indonesia, Menkeu Dorong Industri Lokal Bangkit

JAKARTA, SUARAPANCASILA.ID – Pasar busana muslim Indonesia kini menghadapi ancaman serius dari dominasi produk impor China yang mencapai 99 persen. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memperingatkan kondisi ini menyebabkan distorsi pasar dan melemahkan daya saing industri tekstil serta garmen nasional, mengancam kelangsungan pelaku usaha lokal dan ekonomi kreatif dalam negeri.

Pernyataan ini disampaikan Purbaya di Jakarta pada Rabu (8/10/2025), di tengah upaya pemerintah untuk memperkuat sektor manufaktur domestik.

Menurutnya, dominasi impor tidak hanya merugikan pelaku usaha lokal, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi kreatif yang seharusnya menjadi andalan Indonesia di pasar global.

Bacaan Lainnya

Industri tekstil nasional, yang mempekerjakan jutaan tenaga kerja dan berkontribusi signifikan terhadap ekspor nonmigas, kini terpinggirkan oleh harga murah dan volume besar dari China.

Dalam konteks lebih luas, ketergantungan pada impor busana muslim ini mencerminkan tantangan struktural di sektor fashion modest Indonesia.

Meskipun negara ini memiliki lebih dari 200 juta penduduk muslim—potensi pasar terbesar di dunia—banyak desainer lokal kesulitan bersaing karena akses terbatas terhadap bahan baku berkualitas dan dukungan distribusi.

Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa impor tekstil dari China mencapai miliaran dolar AS setiap tahun, dengan busana muslim sebagai salah satu segmen terdampak terparah. Hal ini berpotensi menggerus lapangan kerja dan inovasi jika tidak segera diatasi.

Purbaya sendiri mengakui adanya kontradiksi ironis dalam situasi ini. Ia teringat pengalamannya menyaksikan karya-karya desainer Indonesia dalam sebuah fashion show yang didukung Bank Indonesia (BI). Namun, realitas pasar yang didominasi impor membuatnya geleng-geleng kepala.

“Di pasar kan katanya, saya pernah ikut tuh fashion show yang didukung oleh bank sentral BI waktu itu. Terus busana muslim, bagus-bagus. Wah, saya juga kagum. Tapi nggak lama saya dengar 99 persen busana muslim di sini dikuasailah produk-produk China. Kan jadi lucu,” ujarnya.

Menanggapi hal ini, Purbaya menegaskan komitmen pemerintah untuk membersihkan distorsi pasar tersebut. Ia berencana melakukan tinjauan mendalam terhadap rantai pasok industri tekstil, mulai dari produksi hingga distribusi di tingkat ritel.

“Yang penting distorsi ke pasar hilang. Jadi barang-barang di depan tuh nggak ada lagi. Saya akan nanti lihat industri tekstil, di sini, di pasar,” ujar Purbaya di Jakarta.

Langkah ini diharapkan menjadi katalisator bagi kebangkitan industri busana muslim lokal. Para pelaku usaha di sektor ini menyambut baik pernyataan Menkeu, dengan harapan kebijakan seperti peningkatan tarif impor, subsidi bahan baku, dan program pelatihan desain dapat segera terealisasi.

Di tengah momentum Ramadan dan Hari Raya yang selalu mendongkrak penjualan, peluang untuk merebut kembali pangsa pasar masih terbuka lebar—asal pemerintah dan swasta bergerak cepat.

Pemerintah juga mendorong kolaborasi antara desainer lokal, produsen tekstil, dan platform e-commerce untuk mempromosikan produk made in Indonesia.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *