Event Hidupkan Alun-Alun, Kebijakan Bupati Tuai Apresiasi 

BREBES (JATENG) SUARAPANCASILA.ID – Sejak dilantik pada Februari 2025, Bupati Paramitha Widya Kusuma mulai menata ulang denyut kota bukan dari gedung-gedung tinggi, melainkan dari ruang terbuka yang menyentuh kehidupan rakyat. Alun-Alun Brebes, yang dulu sempat sepi, kini menjelma menjadi tempat bertemunya seni, ekonomi rakyat, dan semangat kebersamaan.

Kebijakan membuka ruang publik bagi kegiatan seni dan ekonomi rakyat mendapat apresiasi luas dari pedagang kaki lima (PKL). Mereka tak lagi dipinggirkan saat event besar berlangsung, melainkan diikutsertakan sebagai bagian dari wajah kota.

“Sekarang suasana alun-alun beda. Lebih hidup, lebih rame, ada musik dan hiburan yang bikin kami semangat,” ujar seorang pedagang es buah, Mama Eka, Kamis (21/8/2025).

Bacaan Lainnya

Event seperti Festival ANTV, Festival Bawang Merah, hingga Brebes Night Creative yang merupakan pertunjukan musik malam Minggu menjadi magnet baru bagi warga dan wisatawan. Keputusan Pemkab untuk tidak menggusur pedagang saat event berlangsung dinilai sebagai langkah empatik dan berpihak pada ekonomi rakyat kecil.

“Yang terasa beda dari Bupati sekarang adalah kami boleh jualan, tidak digusur saat ada event besar. Kami biasanya dipindah ke sisi timur. Tapi kalau live musik malam Minggu, kami tetap di tempat semula meskipun ramai banget,” kata Dodo, pedagang ayam geprek.

Kehadiran event rutin bukan hanya memeriahkan suasana, tapi juga berdampak nyata pada penghasilan para pedagang. Mereka bukan sekadar penonton pembangunan, tapi pelaku yang merasakan langsung denyutnya.

Survei terhadap 100 PKL oleh Tim Percepatan Pembangunan Daerah Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa 94% responden merasa cukup hingga sangat puas terhadap dampak event yang mengundang ribuan pengunjung. Bahkan, 48% menyebutkan bahwa event-event tersebut memberikan dampak yang sangat positif terhadap penghasilan mereka.

“Yang penting jangan sampai live musiknya berhenti Desember. Kami butuh hiburan yang bisa narik pengunjung,” ujar Dewi, pedagang seblak, yang melihat panggung hiburan sebagai pintu rezeki sekaligus ruang ekspresi. Harapan ini bukan sekadar permintaan, tapi seruan agar kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil dijaga konsistensinya.

Namun, di balik semaraknya event, para pedagang menekankan pentingnya penataan yang manusiawi namun tegas demi menjaga suasana kondusif. Ketersediaan fasilitas sanitasi yang memadai juga menjadi sorotan, terutama saat event besar berlangsung hingga malam hari.

“Kami merasa diayomi sama Bupati Paramitha, sudah tidak ada Satpol-PP yang ngusir kami,” ujar Solikhin, penjual es kopi.

Bagi mereka, pembangunan bukan hanya soal panggung dan lampu, tapi juga soal kenyamanan dan martabat. Di tengah beton dan aspal, Brebes sedang membangun ruang ekspresi, semangat kebersamaan, dan ekonomi rakyat kecil yang diberi panggung untuk tumbuh.

“Tak perlu bicara teori ekonomi berlapis. Cukup dengarkan suara tukang mainan, penjual es buah, dan pemuda kreatif yang merasa punya ruang untuk tampil dan tumbuh,” tegas Ketua Paguyuban PKL Pendopo Sejahtera, Ahmad Jazuli.

Dari nonton bareng Timnas Indonesia, Panggung Apresiasi Anak Muda setiap Sabtu malam, panggung budaya, hingga pasar malam rakyat, Alun-Alun Brebes bukan hanya menjadi pusat keramaian, tapi juga ruang kolektif yang menyatukan warga, pedagang, pemuda, dan komunitas lokal.

“Sejak ada event rutin, pembeli dari luar kota berdatangan, dan yang terpenting, kami merasa diakui sebagai bagian dari wajah kota Brebes,” ungkap Jazuli yang kesehariannya berjualan topi di pojok timur Pendopo Bupati Brebes.

Bupati Paramitha sedang membuktikan bahwa pembangunan bisa dimulai rasa dihargai, rasa diakui, dan rasa memiliki ruang di tengah kota. Bagi para pedagang, kehadiran event rutin bukan hanya meramaikan kota, tapi juga membuka pintu rezeki yang lebih luas.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *