Indonesia dan Australia Sepakat Perkuat Keamanan Bersama, Strategi Baru Indo-Pasifik 2026

JAKARTA, SUARAPANCASILA.ID – Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengumumkan rencana penandatanganan Perjanjian Keamanan Bersama Indonesia-Australia pada Januari 2026. Kesepakatan ini diharapkan memperkuat ikatan dua negara maritim bertetangga di tengah dinamika geopolitik Indo-Pasifik yang semakin kompleks.

Pengumuman disampaikan kedua pemimpin pada Rabu (13/11/2025), menandai babak baru hubungan bilateral yang selama ini diwarnai tantangan historis dan perbedaan strategis. Meski berbagi kepentingan keamanan regional, keberhasilan perjanjian ini bergantung pada fondasi kepercayaan politik yang kokoh.

“Kerja sama ini harus melampaui dokumen formal. Kepercayaan, konsistensi, dan saling pengertian menjadi kunci utama,” ujar Co-founder Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS), Edna Caroline.

Bacaan Lainnya

Evolusi Strategi Pertahanan Australia dan Tantangan Historis

Australia telah menggeser paradigma pertahanannya dari forward defense era Perang Dingin, menjadi defense of Australia pada akhir 1980-an, hingga kini mengadopsi pendekatan security with Asia. Langkah ini mencerminkan upaya Canberra membangun kemitraan regional ketimbang sikap defensif.

Namun, pengalaman masa lalu menjadi pelajaran berharga. Kesepakatan Keating-Suharto 1995 runtuh hanya tiga tahun kemudian saat krisis 1998. Surat PM John Howard kepada Presiden BJ Habibie yang mendorong referendum Timor Timur (kini Timor Leste) mencuat di tengah ketidakstabilan Indonesia.

Kini, dengan ancaman perubahan iklim, rivalitas kekuatan besar, dan perluasan pengaruh Australia melalui Pukpuk Treaty 2025 dengan Papua Nugini, Indonesia menuntut keseimbangan dalam kemitraan. Isu Papua dan kedaulatan nasional tetap menjadi sensitivitas utama Jakarta.

Fokus Kerja Sama: Dari Maritim hingga Ketahanan Pangan

Indonesia menolak narasi yang memosisikan Tiongkok sebagai ancaman utama, sesuai prinsip politik luar negeri bebas aktif. Sebaliknya, Jakarta mendorong kolaborasi berbasis kepentingan bersama.

Salah satu peluang strategis terletak pada program Makan Bergizi Gratis. Untuk mendukung pasokan daging dan susu berkelanjutan, Indonesia membutuhkan transfer teknologi peternakan dari Australia – eksportir ternak terbesar dunia.

Di sektor pertahanan, kerja sama joint venture produksi senjata personal, kapal patroli, dan pesawat maritim dapat memperluas pasar industri pertahanan Indonesia sekaligus meningkatkan stabilitas kawasan.

High-Gain, High-Risk, Strategi “Capit Udang” Indonesia

Bagi Indonesia, kemitraan ini bersifat high-gain, high-risk. Kerja sama erat dengan Australia berpotensi mengerek posisi tawar regional, namun harus dikelola agar tidak menciptakan ketergantungan strategis. “Dengan politik bebas aktif, Indonesia juga memperluas diplomasi pertahanan ke China, Rusia, dan negara lain. Ibarat ‘strategi capit udang’, kita harus lincah dan percaya diri menghadapi kompetisi global,” tegas Edna Caroline.

Menuju Indo-Pasifik yang Aman dan Makmur

Perjanjian Keamanan Bersama 2026 bukan sekadar simbol. Dengan memperkuat pertukaran antarwarga, kolaborasi maritim, hingga inovasi pangan, Indonesia dan Australia dapat mentransformasi hubungan tetangga menjadi mitra strategis sejati – demi Indo-Pasifik yang aman, makmur, dan berkelanjutan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *