Jambore Pokdarwis Tanah Laut 2025: Menyatukan Langkah, Menggerakkan Wisata Desa

PANYIPATAN(KALSEL), SUARA PANCASILA.ID – Debur ombak Pantai Batakan Baru menjadi saksi bagaimana semangat membangun Tanah Laut tak hanya berhenti di ruang rapat atau kantor pemerintahan. Di bawah langit biru dan aroma asin laut, puluhan penggerak wisata desa berkumpul. Mereka datang bukan sekadar bertukar sapa, tapi menyatukan tekad: menjadikan pariwisata sebagai denyut ekonomi baru bagi desa-desa di Tanah Laut.

Selama dua hari, 7–8 Oktober 2025, Dinas Pariwisata Kabupaten Tanah Laut menggelar Jambore Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) se-Kabupaten Tanah Laut Tahun 2025 di Pantai Batakan Baru, Kecamatan Panyipatan. Sebanyak 95 peserta dari berbagai kecamatan hadir, mengusung semangat dalam tema “Sinergis Aksi Pokdarwis, Kunci Akselerasi Pengembangan Potensi Wisata Lokal.”

Ketua Pelaksana kegiatan yang juga Kabid Destinasi Wisata, Andri Kurniawan, menjelaskan bahwa jambore ini bukan sekadar ajang seremonial, melainkan wadah belajar dan berjejaring.

Bacaan Lainnya

“Kami ingin para anggota Pokdarwis tidak hanya aktif di lapangan, tapi juga cerdas dalam mempromosikan potensi wisata lokal. Di sini mereka belajar tentang media promosi, pengelolaan kegiatan wisata, hingga strategi menjaga daya tarik destinasi secara berkelanjutan,” ujar Andri.

Kegiatan ini diisi beragam aktivitas: mulai dari sosialisasi, pelatihan, diskusi interaktif, hingga outbound dan hiburan rakyat. Suasana keakraban terasa, namun di balik itu ada misi besar: memperkuat kapasitas masyarakat desa dalam mengelola pariwisata berbasis potensi lokal.

Acara dibuka resmi oleh Bupati Tanah Laut, H. Rahmat Trianto, yang diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata, Zulfuadin. Dalam sambutannya, Zulfuadin menegaskan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap gerakan pariwisata yang tumbuh dari bawah.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Tanah Laut, kami menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta. Bapak Bupati berpesan agar momentum jambore ini dimanfaatkan untuk memperkuat sinergi dan meningkatkan kapasitas pengelolaan wisata berbasis masyarakat,” tuturnya.

Lebih jauh, Zulfuadin menyebut bahwa Pokdarwis adalah ujung tombak pariwisata desa. Mereka bukan hanya penggerak ekonomi, tapi juga penjaga budaya dan kebersihan lingkungan.

“Mereka yang berada di garis terdepan. Tugasnya menjaga keindahan, melestarikan budaya, dan menciptakan iklim wisata yang nyaman bagi siapa pun yang datang,” ucapnya menegaskan.

Dalam arahannya, ia juga mengingatkan pentingnya koordinasi berkelanjutan antara Pokdarwis dan Dinas Pariwisata agar setiap program berjalan efektif. Zulfuadin bahkan menyinggung kebijakan baru dari pemerintah pusat yang mewajibkan setiap desa memiliki SK Desa Wisata dari Dinas Pariwisata jika ingin memperoleh dukungan anggaran.

“Tanpa SK, anggaran pengembangan wisata tidak bisa dicairkan. Ini menjadi tanggung jawab bersama agar desa-desa wisata kita punya dasar hukum yang kuat dan siap menerima bantuan,” katanya dengan tegas.

Menutup sambutannya, Zulfuadin mengajak seluruh pengelola wisata desa untuk terus berinovasi. Ia mengingatkan bahwa sumber daya alam bisa menipis, tapi pesona wisata akan terus hidup jika dikelola dengan bijak.

“Pariwisata tak akan pernah habis, berbeda dengan sumber daya alam lain. Mari bersama menjadikan Tanah Laut maju dan mandiri melalui sektor pariwisata,” pungkasnya.

Dari Pantai Batakan Baru, semangat itu bergema. Para penggerak wisata desa pulang membawa pengetahuan baru dan energi segar. Bukan hanya untuk memajukan destinasi, tapi untuk menghidupkan kembali keyakinan bahwa pariwisata Tanah Laut bukan sekadar tujuan berlibur—ia adalah masa depan yang sedang dibangun bersama.(suarapancasila.id-foto:ist/mctala)

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *