Jepang, Korsel, Singapura Alami Krisis Populasi gegara Warganya Pilih Childfree

Jakarta – Untuk pertama kalinya, tingkat kesuburan total penduduk Singapura turun di bawah 1,0. Perkiraan awal menunjukkan bahwa tingkat kesuburan total turun menjadi 0,97 pada tahun 2023, menurun lebih jauh dari rekor sebelumnya sebesar 1,04 pada tahun 2022 dan 1,12 pada tahun 2021.
“Ada berbagai alasan mengapa rendahnya kesuburan di Singapura. Ada pula yang bersifat sementara, misalnya pasangan yang rencana pernikahannya terganggu karena COVID-19, yang pada gilirannya mungkin menunda rencana menjadi orang tua,” kata Menteri di Kantor Perdana Menteri (PMO) Indranee Rajah dikutip dari CNA, Kamis (29/2/2024).

Kekhawatiran mengenai biaya finansial dalam membesarkan anak, tekanan untuk menjadi orang tua yang baik, atau kesulitan mengelola komitmen pekerjaan dan keluarga, menjadi beberapa alasan warga Singapura memilih childfree.

Menteri juga menekankan bahwa rendahnya tingkat kesuburan di Singapura mencerminkan fenomena global di mana prioritas individu dan norma-norma masyarakat telah bergeser.

Bacaan Lainnya

Hal yang sama juga terjadi di Jepang. Jumlah bayi yang lahir di Jepang berjumlah 758.631 pada tahun 2023, mencapai rekor terendah selama delapan tahun berturut-turut.

Jepang masih merupakan negara yang banyak wanita memilih untuk tidak punya anak. Bagi wanita Jepang yang lahir pada tahun 2000, antara 31,6 persen hingga 39,2 persen akan tetap tidak memiliki anak sepanjang hidup mereka, menurut perkiraan dari National Institute of Population and Social Security Research yang berbasis di Tokyo (IPSS).

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perempuan Jepang yang tidak memiliki anak karena masalah dalam pernikahan telah melonjak, menjadi alasan utama di kalangan perempuan berusia antara 25 hingga 49 tahun.

(kna/kna)

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *