KAB BOJONEGORO (JATIM) SUARAPANCASILA.ID – Gamelan mulai ditabuh memantulkan bunyi nada yang menyatu dengan malam. Pertanda acara langen tayub segera dimulai.
Tak lama kemudian pesinden mulai menarik pita suaranya. Melantunkan gending-gending khas Jawa yang merdu. Warga desa pun mulai duduk menunggu di depan meja yang sudah disediakan. Melakukan adat tradisinya menaruh uang di ember yang tersedia.
Disisi lain, penabuh gamelan kerawitan mengenakan balutan seragam serasi. Biru dengan blangkon coklat diatas kepala.
Kemudian warga khususnya laki-laki menggunakan sampur (selendang) mendatangi pesinden dengan semangat dan wajah ceria. Berbekal uang saweran lenggak lenggok badan ke kanan dan kiri menunjukkan nikmatnya irama gamelan.
Langen tayub menjadi kesenian wajib sedekah bumi di beberapa desa. Salah satunya Desa Pacul, Kecamatan Bojonegoro Kota. Bukti nyata langen tayub masih terjaga.
‘’Setiap tahun ketika sedekah bumi dari dulu hingga sekarang pertunjukan seninya langen tayub”, kata Wagimin Kepala Desa Pacul di balai desa setempat, Jum’at (12/9/2025) malam.
Dilakukan setiap sekali setahun di Jumat Pahing dalam hitungan Jawa. Pagelaran langen tayub wajib dilakukan. Dia menegaskan, karena sudah tradisi turun temurun dari nenek moyang.
Sebelumnya, usai sholat Jum’at ratusan warga desa juga datang berduyun-duyun ke makam desa setempat. Mereka menggelar prosesi tradisi sedekah bumi.
‘’Selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME, juga untuk memupuk kerukunan antar warga,”imbuhnya.
Penulis: Eko Prayitno.










