Kisah Heroik 5 Pemuda Pelopor yang Mengukir Sejarah Bangsa

JAKARTA, SUARAPANCASILA.ID – Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 pada 28 Oktober 2025 menjadi momen refleksi bagi generasi muda Indonesia untuk mengenang semangat persatuan yang lahir dari perjuangan para pelopor. Pada 1928, di tengah penjajahan Belanda, sekelompok intelektual muda menggelar Kongres Pemuda II yang melahirkan ikrar bersejarah: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Kisah perjuangan lima tokoh kunci ini tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menjadi fondasi perjuangan kemerdekaan yang masih relevan hingga kini.

Dalam era digital yang penuh tantangan, semangat Sumpah Pemuda mengajak pemuda Indonesia untuk terus berinovasi dan bersatu menghadapi dinamika global. Berikut profil lima tokoh utama yang turut membentuk tonggak sejarah tersebut, lengkap dengan peran dan dedikasi mereka dalam membangun identitas nasional.

1. Ir. Soekarno: Sang Orator yang Menyulut Api Persatuan

Bacaan Lainnya

Soekarno, yang kelak menjadi Proklamator Kemerdekaan Indonesia, adalah figur sentral dalam Kongres Pemuda II. Lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901, pemuda kelahiran Jawa Timur ini dikenal sebagai pembicara ulung yang mampu menyatukan berbagai suku dan daerah. Sebagai perwakilan Jong Java, Soekarno menyampaikan pidato pembuka yang membakar semangat para peserta.

Kontribusinya tidak berhenti di situ. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927, yang menjadi wadah perjuangan anti-kolonial. Meski sering ditangkap Belanda, ia tetap tegar. “Sumpah Pemuda adalah janji suci generasi muda untuk membangun satu Indonesia yang adil dan makmur,” ujar Soekarno dalam salah satu catatannya yang diabadikan sejarah.

Kisahnya mengingatkan bahwa kepemimpinan lahir dari keberanian berbicara kebenaran, sebuah pelajaran berharga bagi pemuda milenial yang kini aktif di media sosial.

2. Mohammad Yamin: Pemikir Visi Nusantara yang Visioner

Sebagai perwakilan Jong Sumatranen Bond, Mohammad Yamin lahir di Talamau, Sumatera Barat, pada 24 Oktober 1903. Pemuda Minangkabau ini adalah otak di balik gagasan “satu tanah air, satu bangsa” yang menjadi inti Sumpah Pemuda. Yamin, seorang penyair dan sarjana hukum, mengusulkan konsep persatuan wilayah Nusantara dalam pidatonya yang penuh visi.

Sebelum kongres, Yamin telah aktif menulis esai-esai nasionalis di surat kabar seperti Pewarta Deli. Pasca-Sumpah Pemuda, ia terlibat dalam penyusunan UUD 1945 dan menjadi Menteri Kehakiman pertama Republik Indonesia. “Persatuan adalah kekuatan terbesar kita melawan penjajah; tanpa itu, kita hanyalah serpihan pulau yang tercerai-berai,” tegas Yamin dalam pidato Kongres Pemuda II.

Dedikasinya terhadap pendidikan dan budaya menjadikannya ikon bagi generasi muda yang kini berjuang untuk pelestarian warisan digital Indonesia.

3. Wage Rudolf Soepratman: Pencipta Lagu Kebangsaan yang Menggetarkan Jiwa

Wage Rudolf Soepratman, lahir di Purworejo pada 9 Maret 1903, hadir sebagai tamu kehormatan di Kongres Pemuda II. Ia memukau hadirin dengan memainkan biola lagu ciptaannya, *Indonesia Raya*, untuk pertama kali secara publik pada 28 Oktober 1928. Lagu ini langsung menjadi simbol perlawanan dan persatuan, meski sempat dilarang Belanda.

Sebelumnya, Wage bekerja sebagai wartawan dan musisi keliling, menyebarkan semangat nasionalisme melalui nada-nada patriotik. Pasca-kongres, ia mendirikan Orkestra Melayu Indonesia. “Melalui *Indonesia Raya*, saya ingin suara hati rakyat bersatu dalam irama kebebasan,” ungkap Wage dalam wawancara pasca-kongres yang tercatat dalam arsip sejarah.

Hingga kini, lagu ini tetap menjadi pengingat bagi pemuda Indonesia untuk menjaga identitas nasional di tengah arus globalisasi.

4. Amir Sjarifuddin: Aktivis Muda yang Berani Tantang Kolonialisme

Amir Sjarifuddin, lahir di Medan pada 1907, mewakili Jong Ambon di kongres tersebut. Sebagai mahasiswa hukum di Belanda, ia aktif dalam gerakan anti-fasisme dan menjadi salah satu penggagas resolusi Sumpah Pemuda. Amir dikenal karena keberaniannya mendeklarasikan persatuan etnis di tengah keragaman peserta kongres.

Karier politiknya melesat pasca-ikrar; ia menjadi Perdana Menteri RI pada 1947–1948 sebelum gugur dalam perjuangan. “Sumpah Pemuda bukan sekadar kata-kata, tapi panggilan untuk bertindak demi kemerdekaan bersama,” katanya dalam pidato penutup kongres.

Kisah Amir mengajarkan pemuda kontemporer tentang pentingnya inklusivitas dalam aktivisme sosial dan politik.

5. Soegondo Palindih: Penggerak Pemuda dari Tanah Batak

Soegondo Palindih, lahir di Tarutung, Sumatera Utara, pada 1902, hadir sebagai delegasi Jong Batak. Ia berperan krusial dalam merumuskan teks sumpah yang akhirnya disahkan. Sebagai guru dan aktivis, Soegondo menyebarkan ide nasionalisme melalui sekolah-sekolah asing di Hindia Belanda.

Pasca-kongres, ia terlibat dalam pembentukan Ikatan Pemuda Indonesia. “Dari Sabang sampai Merauke, kita satu dalam semangat pemuda yang tak tergoyahkan,” demikian Soegondo menyatakan dalam catatan perjuangannya.

Kontribusinya menekankan peran pendidikan sebagai senjata utama perubahan, relevan bagi generasi Z yang kini memanfaatkan platform online untuk belajar sejarah.

Peringatan Sumpah Pemuda 2025 ini mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya pemuda, untuk merealisasikan ikrar 1928 dalam konteks modern — dari inovasi teknologi hingga kolaborasi lintas budaya. Seperti kata para tokoh legendaris ini, persatuan tetap menjadi kunci utama menuju Indonesia Emas 2045.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *