PURWODADI, MUSIRAWAS, SUARAPANCASILA.ID — Turnamen Piala Bupati Musi Rawas U-15 tahun 2025 yang dilaksanakan di lapangan sepakbola kecamatan Purwodadi diwarnai polemik usai Tim Kungku FC (Bocil Kungku) dinyatakan diskualifikasi menjelang pertandingan kedua pada 31 November 2025. Keputusan tersebut memicu kekecewaan mendalam dari para pemain, pelatih, serta manajemen tim, yang kemudian melayangkan surat terbuka dan protes resmi kepada panitia besar.
Kronologi Bermula dari Masalah Screening Pemain
Dalam surat resmi yang dilayangkan Manajer Tim, Agus Tri Waluyo, dijelaskan bahwa pada 30 November 2025 panitia menjadwalkan screening pemain. Namun Kungku FC tidak dapat hadir karena terkendala transportasi.
Pada hari yang sama, perwakilan tim kemudian menghubungi panitia. Melalui komunikasi pada malam senin sekitar jam 21.00 dengan Feri Irawan (Panitia) serta Komunikasi pada hari senin jam 13.00, dengan Utep Suherman (Perwakilan Dispora), tim disebut dipersilahkan untuk menjalani screening sebelum pertandingan.
Pada 31 November 2025 pukul 14.04, para pemain Kungku FC tiba di lapangan sekitar 30 menit sebelum pertandingan. Album pemain pun diserahkan kepada petugas. Namun menurut laporan manajer tim Agus Tri waluyo, mereka justru menerima respons bernada provokatif dari salah satu panitia, diduga sdr. Nofi Ardianto, yang mengatakan:
“Klo nak ngerok jangan di sini.” (Kalau mau mengganggu acara, jangan disini) red.
Ketegangan dengan Panitia dan Musyawarah Dadakan
Setelah pernyataan tersebut, suasana memanas. Panitia kemudian mengumpulkan peserta untuk meminta pendapat terkait nasib Kungku FC. Melalui mekanisme musyawarah spontan yang dinilai janggal, keputusan diskualifikasi pun diambil.
Menurut surat protes, keputusan tersebut diputuskan oleh Nofi Ardianto, yang diketahui menjabat Ketua Pelaksana sekaligus Pengawas Pertandingan, yang diduga rangkap jabatan hal ini juga dipertanyakan oleh pihak Kungku FC.
Tidak ada pertandingan yang dirugikan secara langsung oleh Kungku Fc, karena belum ada pertandingan, dan proses screening seharusnya masih bisa dilakukan sebelum kick-off—seperti yang telah dikonfirmasi sebelumnya oleh panitia. “Sekelas Porprov saja bisa discreening sebelum pertandingan” Padahal itu even besar, dan ini adalah evennya anak anak musi rawas, seharusnya yang paling utama adalah pembinaan dan mengedepankan komunikasi. Jika memang kami ada pemain luar dari musi rawas, atau pemain kami memalsukan data, atau tim kami melakukan keributan silahkan didiskualifikasi ujar manajer tim.
Pernyataan Tidak Etis Terekam Video
Saat upaya protes berlangsung, sdr Noti ardianto kembali mengeluarkan pernyataan tidak etis dan terekam video:
“Aku idak ngagok i tim kamu.” ( saya tidak mau pedulikan/mengurusi tim kalian) red.
Beberapa kali juga berteriak untuk mengusir pengurus tim.
DISPORA dan Askab PSSI: Tidak Terlibat dalam Keputusan
Manajemen Kungku FC kemudian meminta klarifikasi kepada perwakilan DISPORA Musi Rawas dan PLT Askab PSSI Musi Rawas sdr. Yahya bastori.
Keduanya menyatakan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan dan menyerahkan kepada panitia pelaksana turnamen.
Hal ini sangat disayangkan dan makin memperkuat dugaan bahwa keputusan diskualifikasi bersifat sepihak dan tidak mengikuti alur koordinasi resmi penyelenggara kegiatan.
Evaluasi Kritis Terhadap Mekanisme Panitia
Dalam surat protes tersebut, Kungku FC menyoroti sejumlah poin penting:
1. Inkonsistensi aturan, karena screening sebelum pertandingan sebelumnya diperbolehkan oleh panitia sendiri.
2. Rangkap jabatan Nofi Ardianto, yang dinilai berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.
3. Proses diskualifikasi berdasarkan “pendapat peserta”, bukan keputusan struktural panitia.
4. Komunikasi tidak profesional, termasuk ucapan provokatif dan penghinaan.
5. Tidak adanya dasar regulasi yang mewajibkan diskualifikasi seketika, terlebih tim sudah hadir dan siap bertanding.
6. Akibatna terjadi Minimnya nilai pembinaan, sebab anak-anak yang berniat berkompetisi justru menerima pengalaman pahit yang mengganggu proses perkembangan mental dan sportivitas.
Kekecewaan Mendalam dari Bocil Kungku
Kungku FC menilai keputusan ini tidak proporsional dan tidak berpihak pada pembinaan usia dini. Selama ini Tim Kungku FC juga sering berkontribusi dalam perkembangan sepak bola Musi Rawas justru mendapati dirinya tersingkir bukan karena kalah bertanding, melainkan karena kebijakan panitia yang dinilai tidak konsisten.
“Kehadiran tim Kungku FC adalah wujud etika baik untuk berpartisipasi. Namun keputusan yang tidak mengedepankan pembinaan justru menjadi kekecewaan besar,” ungkap Agus Tri Waluyo. Hal senada juga disampaikan secara langsung oleh beberapa penggiat bola yang tahu dengan peristiwa ini, “Sangat menyayangkan didiskualifikasi serta kata-kata yang tidak etis oleh ketua pelaksana, bukannya menjaga kompetisi berjalan kondusif malah menjadi provokator dengan ucapannya”,
Seruan untuk Evaluasi Panitia
Dalam penutup surat, Kungku FC meminta dilakukan evaluasi terhadap panitia serta sanksi disiplin terhadap oknum yang dianggap bertindak tidak profesional dan mengucapkan kata-kata tidak beretika.
Turnamen Piala Bupati Musirawas cup U-15 tahun 2025 seharusnya menjadi panggung pembinaan dan ekspresi bakat muda. Namun insiden ini memberi catatan bahwa penyelenggaraan harus lebih transparan, adil, dan mengutamakan nilai-nilai sportivitas dan Fair play. (Redaksi)










