Petani Jeruk Desa Selorejo Dau Menjerit, Harga Jeruk Turun, Biaya Produksi Naik.

KABUPATEN MALANG (JATIM), SUARAPANCASILA,ID-Mayoritas Petani Jeruk Desa Selorejo Dau Kabupaten Malang, mengalami kesulitan dalam menghadapi fluktuasi harga jeruk yang tidak stabil. Salah satu dirasa Sudarmadi pemilik lahan jeruk seluas 2.500 m2 ini.

“Saat panen raya, harga jeruk turun drastis, sehingga pendapatan saya sebagai petani jeruk menurun. Di sisi lain, harga pupuk dan pestisida terus naik tiap tahunnya, membuat biaya produksi semakin tinggi,” tuturnya, saat menghadiri selamatan desa Selorejo Dau, Kabupaten Malang, Senin (14/07/2025).

Meski sudah ada pupuk Subsidi, Ia menilai belum terlalu efektif bagi petani.

Bacaan Lainnya

‘Kalau saya menyarankan pupuk subsidi dihilangkan, nanun pemerintah menyediakan pupuk murah berkulitas,” ujarnya.

Ia melihat adanya pupuk bersubsidi justru rawan dipermainkan. Faktanya permintaan petani terhadap pupuk subsidi itu sering tidak terpenuhi dan susah di cari.

Biaya tenaga kerja yang meningkat setiap tahunnya, juga menjadi keluh kesah mayoritas petani, termasuk dirinya.

” Biaya tenaga kerja juga meningkat, sehingga beban biaya produksi semakin berat,” ujarnya.

Padahal Desa Selorejo sebagai daerah penghasil komoditi buah jeruk, selama ini tergolong punya kemampuan bisa menyerap tenaga kerja lokal dan luar daerah.

“Dikhawatirkan jika situasi pelik ini terus berlarut tanpa ada solusi, kegiatan bertani jeruk tidak akan jadi daya tarik. Itu akan berpengaruh dengan besar dengan penyerapan tenaga kerja,” terangnya.

Disisi lain, Sektor pertanian saat ini intens di gaungkan pemerintah pusat. Terlebih sekarang ada program petani milineal dan pelatihan yang terus di lakukan.

“Sebenarnya bertani harus dijadikan lapangan pekerjaan yang menarik kawula muda, karena faktanya mereka tidak suka bercocok tanam, tapi lebih suka bekerja di industri , jasa dan lainnya,” kata Sudarmadi.

Sehingga, Ia berharap Pemerintah punya solusi jalan keluar terbaik atas persoalan yang dihadapi petani.

“Alternatif lain, solusi yang bisa dilakukan pemerintah yaitu punya inovasi tidak menjual buah dalam bentuk segar saja, tapi bagaimana buah itu dirubah menjadi makanan yang bertahan lama. Semisal produksi berbentuk juice, ekstrak atau lainnya,” tegasnya.

Dengan demikian, Petani jeruk dapat meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraannya.

“Kami berharap pemerintah dapat mendengar keluhan kami dan memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini,” pungkasnya.

Sebagai informasi tambahan, Saat ini petani desa Selorejo berinovasi menyiasati persoalan yang terjadi, dengan mulai menanam kopi, apukat , dan komoditas buah lain.

 

Pewarta ; Doni Kurniawan

Editor ; Denny W.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *