TEGAL (JATENG), SUARAPANCASILA.ID- Produksi bawang merah yang melimpah di Brebes turut mendorong deflasi. Produksi bawang merah di Brebes tetap terjaga surplus untuk memenuhi kebutuhan domestik hingga bulan Maret 2025.
“Produksi bawang merah yang melimpah di Brebes turut mendorong deflasi bulan laporan dengan andil -0,08% (mtm), diikuti tarif kereta api -0,03% (mtm), mobil -0,03% (mtm), dan ketimun -0,02% (mtm),” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Tegal, Bimala di Kantornya, Senin (17/02/2025).
Sebelumnya, kata Bimala, media berita daring menyampaikan bahwa terdapat total 400 Ha lahan bawang merah di Brebes terdampak banjir dan terbesar terjadi di Kecamatan Jatibarang, Brebes, Wanasari, Songgom, dan Larangan dengan rata-rata usia tanam 5-40 hari (kompas.com).
“Setelah dilakukan konfirmasi kepada Dinas dan kelompok tani terkait, total lahan bawang merah terdampak banjir hanya seluas 30 ha dan genangan banjir segera surut di hampir sebagian besar lahan sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan,” tambahnya.
Berdasarkan hasil pemetaan produksi yang dilakukan Dinas Pertanian dan Ketahanan Brebes, Produksi bawang merah di Brebes tetap terjaga surplus untuk memenuhi kebutuhan domestik hingga bulan Maret 2025.
“Diperkirakan pada Februari 2025 akan surplus 14 ribu ton dan Maret 2025 akan surplus 12 ribu,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra secara daring menyampaikan, Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV 2024 terakselerasi dan tumbuh sebesar 4,96 persen.
Pertumbuhan ekonomi 2024 (yoy) Provinsi Jawa Tengah 4,95 persen dan Nasional 5,03 persen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi di wilayah eks. Kars pekalongan berada di Kab. Batang seiring akselerasi investasi dan operasionalisasi sejumlah tenant terutama di KIT Batang, krn menjadi multiplier untuk sektor lain spt perumahan, perdagangan, dll dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di wilayah Batang dan sekitarnya.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tegal pada bulan Januari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,49% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,48% (mtm). Deflasi tersebut lebih dalam dibanding Jawa Tengah, yang mengalami deflasi 0,46% (mtm), namun masih lebih tinggi dibanding Nasional yang tercatat deflasi 0,76% (mtm). Hal tersebut menjadikan inflasi tahunan kota Tegal sebesar 1,76% (yoy), masih berada dalam target yaitu 2,5 ± 1% (yoy). Adapun, inflasi Kota Tegal tercatat beberapa kali lebih tinggi daripada Jawa Tengah dan Nasional, pada tahun 2021 hingga 2023.
Adapun Kelompok pendorong utama laju deflasi bersumber dari Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga karena adanya diskon tarif listrik PLN. Tarif listrik menjadi pendorong utama deflasi pada bulan laporan dengan andil -1,11% (mtm) menyusul adanya diskon tarif listrik sebesar 50% yang diberikan kepada pelanggan rumah tangga daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA, berlaku selama 2 bulan yaitu Januari dan Februari 2025.
Tarif listrik untuk seluruh kota jateng mengalami deflasi, sementara tarif KA hanya kota solo dan wonogiri stabil, adapun cilacap, purwokerto, semarang dan tegal mengalami deflasi.
Selain itu, IHK Kota Tegal sepanjang tahun 2025 diperkirakan tetap terjaga pada kisaran target 2,5%+1 sejalan dengan capaian inflasi tahun 2024 yang terkendali pada angka 2,19% (mtm). Hal ini didukung oleh membaiknya prakiraan cuaca BMKG di tahun 2025 yang mana El Nino akan melemah dan berangsur ke kondisi netral, serta konsistensi penguatan program GNPIP di tingkat pusat hingga daerah.
Komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan program swasembada pangan juga diyakini dapat membantu menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi komoditas pertanian. Hal ini diperkuat juga diperkuat melalui sinergi pengendalian inflasi berbasis 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) di daerah bersama TPID dan K/L terkait.