SAWAHLUNTO (SUMBAR), SUARAPANCASILA.ID,- Salahsatu indikator pertumbuhan ekonomi secara kasat-mata bisa dilihat dari perkembangan Perbankan di daerah itu. Sedangkan dari aktivitas masyarakat umum bisa diukur dari pertumbuhan UMKM (Usaha Menengah Kecil Masyarakat).
Demikian kesimpulan umum dari diskusi wawancara wartawan Suara Pancasila dengan Ketua DPC. Partai Demokrat Kota Sawahlunto Hasjoni SY, SE, MM, Minggu (11/08/2024) di Sekretariat Partai Demokrat, Jalan Khatib Sulaiman.
Menurut Hasjoni yang sudah malang-melintang dalam dunia politik dan praktisi ekonomi, pergulatan ekonomi dalam dunia usaha yang digerakan masyarakat secara umum, misalnya UMKM, masih dominan mempedomani selera pasar kepada grafik lebutuhan lokal. “Sehingga UMKM tersebut sulit bersaing dan berkembang menuju pasar bebas yang mulai mengglobal,” kata Hasjoni.
Menurut Hasjoni, jika UMKM lokal ingin mengglobal dan menjadi penyangga ekonomi nasional, maka mestinya pihak akademisi memberikan pembinaan usaha sampai ke ‘akar-rumput’ (istilah Hasjoni untuk menyebut masyarakat yang membuka usaha warung).
Disamping terbatasnya pengetahuan masyarakat dibidang usaha, UMKM ini pun memiliki modal yang sangat terbatas untuk berkembang. “Pihak Perbankan yang diharapkan menjadi tulang-punggung UMKM melalui program KUR-nya belum sepenuhnya terwujud, karena pihak Perbankan menjalankan program KUR ini tetap meminta agunan sebagai jaminan, misalnya sertifikat, BPKB dan lain sebagainya”, ungkap Hasjoni ‘rocker’ Mariani’s Band Padang tahun 1980-an.
Sebagai praktisi ekonomi yang menggerakan masyarakat dibidang pertanian, perkebunan dan peternakan mengharapkan semua pihak terlibat langsung untuk membina UMKM ini sesuai fungsinya masing-masing dari hulu sampai ke hilir (hilirisasi).
Hasjoni juga menyinggung masalah pengawasan dan operasional Perbankan di daerah yang dilakukan pihak OJK (Otoritas Jasa Keuangan). “OJK jangan menerima laporan sepihak dari Perbankan saja, telisiklah sampai kepada UMKM nasabah Perbankan. Apakah UMKM mendapat pelayanan dan pembinaan dari Perbankan pemodal?. Berapa nilai target KUR dan berapa pula yang tersalurkan?. Jika dirunut sampai ke bawah akan banyak ditemukan UMKM yang ‘mati-suri’. “Modal sudah habis, pembayaran angsuran kredit macet dan pihak Perbankan mendesak untuk pelunasan kredit”, ungkap Hasjoni.
Dalam wawancara diskusi itu, Hasjoni banyak menceritakan pengalaman lapangannya. “UMKM mesti bangkit kembali! Pihak Perbankan sangat diharapkan menjadi tulang-punggung UMKM dalam permodalan”, tegas Hasjoni.*