REJANG LEBONG, SUARAPANCASILA.ID – Ustadz Jamaludin, S.Pd.I dari Kelurahan Dusun Curup, mengajak seluruh ASN dilingkup Pemkab Rejang Lebong untuk meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Imbauan ini disampaikan ustadz dalam ceramah bulanan rutin yang digelar di halaman Pemkab, pukul 07.30 WIB, Jum’at, (3/5).
Agenda pembinaan mental dan spiritual ASN ini dihadiri Asisten III, Drs. Sumardi, Asisten II, Dr. Asli Samin, S.Kep., M.Kep, Kadis Kominfo, Rephi Meido Satria, AMd.Kep., SKM, Staf Ahli Ir. Zulkarnain, MT dan M. Andhi Afriyanto, SE. Serta para Kabag, Kabid dan staf.
‘’Ada 3 do’a malaikat Jibril yang diaminkan Nabi Muhammad, SAW. Pertama, jangan terima ibadah puasa, tarawih dan zakat anak durhaka. Kedua jangan terima ibadah puasa, tarawih dan zakat istri yang durhaka terhadap suami. Ketiga, jangan terima ibadah puasa, tarawih dan zakat umat muslim yang memutuskan silaturahmi,’’ kata Ustadz Jamaludin.
Agar anak tidak masuk golongan durhaka kepada orang tua, harus segera meminta maaf ketika melakukan perbuatan yang menyinggung atau menyakiti perasaan orang tua. Begitu juga istri jangan pernah melawan suami.
‘’Walaupun saat menunaikan ibadah haji atau umroh dan berhasil mencium hajar aswat, tapi ketika pulang melawan suami maka, ibadah yang dilakukan istri akan sia-sia. Lebih baik mencium tangan suami dan patuh terhadap suami. Mencium tangan suami sama dengan mencium hajar aswat,’’ ujarnya.
Begitu juga muslim yang memutuskan silaturahmi tidak akan diterima ibadah puasa, tarawih dan zakatnya. ‘’Untuk itu setelah bulan Ramadhan dan memasuki awal Bulan Syawal kita harus saling maaf memaafkan segala bentuk salah dan khilaf. Sehingga, silaturahmi tetap berjalan baik,’’ kata ustadz.
Selain Itu, Jamaludin juga mengajak para pejabat dan ASN untuk tetap bersyukur dan tidak mengukur rezeki orang lain. Untuk itu Jamaludin menamsilkan kisah seekor kucing yang merasa kurang puas dan tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
‘’Ada seekor kucing yang mendaki bukit. Di tengah perjalanan, kucing itu merasa kelelahan. Saat itu kucing melihat burung terbang menuju puncak bukit. Lalu, kucing berdoa, ya Allah alangkah enaknya jadi burung bisa terbang dan dengan mudah bisa mencapai puncak bukit. Lalu, Allah mengabulkan doanya dengan memberi sayap si kucing. Ketika terbang, si kucing terjatuh dari ketinggian dan badannya membentuk batu. Lalu si kucing berdoa lagi Ya Allah enak jadi gunung bisa diam menjulang dan berdiri kokoh. Doa si kucingpun kembali dikabulkan Allah. Saat menjadi gunung tiba-tiba hujan deras dan gunungpun terendam air.
‘’Si kucingpun merasa kurang puas menjadi gunung karena terendam banjir. Kemudian si kucing berdoa lagi, ya Allah enak menjadi air. Merasa kurang puas menjadi air, si kucing berdoa minta dijadikan sapi. Ketika Idul Adha, sapi pun disembelih untuk kurban, kaki sapi diikat tali. Si kucing yang berubah jadi sapipun merasa tersiksa karena terikat tali saat disembelih. Maka si kucingpun kembali memohon agar dijadikan tali. Setelah jadi tali si kucingpun merasa tidak senang karena saat itu tali digigit tikus. Lalu kucing minta dijadikan tikus. Setelah jadi tikus setiap malam tikus dikejar-kejar kucing. Akhirnya si kucing yang menjadi tikus itupun kembali berdoa minta dikembalikan menjadi kucing. Apa hikmah dibalik kisah ini? Hikmahnya kita harus mensyukuri apa yang diberikan Allah. Jangan mengukur rezeki orang lain. Biarkan orang membeli mobil baru kenapa kita harus iri. Semoga, tausyiah singkat ini dapat memberikan pencerahan bagi kita semua,’’ demikian Ustadz Jamaludin.
Sementara Kabag Kesra, Herwin Wijaya Kusuma, M.Pd.I menjelaskan bahwa pengajian atau ceramah agama ini dilaksanakan setiap minggu pertama bulan berjalan. ‘’Ini merupakan pembinaan mental spiritual kalangan ASN di lingkup Pemkab,’’ tukas Herwin. (*)