Jakarta – Viral di media sosial tangkapan layar yang menunjukkan kasus TBC di Indonesia yang naik tajam di tahun 2022. Dalam grafik tersebut, terlihat kasus cenderung menurun sampai tahun 2020 lalu naik di 2022.
“What the hell is going on in Indonesia,” tulis salah satu pengguna X dilihat detikcom.
Terkait data yang beredar, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr Imran Pambudi, MPHM membenarkan bahwa terdapat kenaikan jumlah pasien TBC yang terdata di Indonesia yang membuat grafiknya naik tajam di 2022. Ada beberapa hal yang disebut menjadi penyebabnya, termasuk pandemi COVID-19.
Dijelaskan oleh dr Imran, tak hanya di Indonesia, penurunan angka penemuan kasus TBC yang sangat signifikan di tahun 2020 karena pandemi berdampak terhadap peningkatan angka insiden di tahun 2021 dan 2022. Seperti halnya di tingkat global, pandemi COVID-19 diperkirakan menyebabkan penurunan signifikan pada penemuan kasus TBC di Indonesia pada tahun 2020.
Penurunan penemuan kasus TBC ini lah yang diperkirakan menyebabkan kenaikan tingkat insidens TBC di Indonesia pada tahun 2021 dan 2020, dengan kenaikan sekitar 14,9 persen per tahun atau lebih dari 5 kali dibandingkan kenaikan di tingkat global,” jelas dr Imran kepada detikcom, Selasa (16/1/2024).
Kemudian angka penemuan kasus terlihat meningkat di tahun 2021 dan 2022, dengan peningkatan yang sangat tinggi yaitu 42,3 persen per tahun atau sekitar 1,5 kali,peningkatan angka penemuan kasus TBC di tingkat global. Insiden TBC juga diperkirakan masih meningkat di tahun 2023 dan diperkirakan mulai menurun di tahun 2024.
“Penyebab gap ini ada dua yaitu underreporting, yaitu dari kasus TBC yang telah ditemukan dan diobati di fasilitas pelayanan kesehatan namun belum atau tidak terlaporkan di sistem pencatatan dan pelaporan nasional dan underdiagnosed, yaitu kasus TBC yang belum ditemukan atau belum didiagnosis,” ujar dr Imran.
Menurut data terbaru di Global TB report pada 7 November 2023, persentase jumlah kasus TBC di dunia yakni:
*India (27 persen)
*Indonesia (10 persen)
*China (7,1 persen)
*Filipina (7,0 persen)
*Pakistan (5,7 persen)
*Nigeria (4,5 persen)
*Bangladesh (3,6 persen)
*Republik Demokratik Kongo (3,0 persen).Kna/kna