Pelaihari (KALSEL), SUARA PANCASILA.ID — Senin sore(20/10/2025), sekitar pukul 17.00 WITA, senja turun perlahan di langit Tanah Laut. Di bawah lembayung yang memudar, puluhan kader Partai Golkar Kabupaten Tanah Laut berjalan beriringan menuju Pemakaman Muslimin Tanah Merah, Pelaihari. Mereka datang dengan langkah pasti dan wajah teduh — mengenang jasa para tokoh yang pernah menjadi penopang beringin di masa awal perjuangan.
Barisan kuning itu terdiri dari jajaran pengurus DPD Golkar Tanah Laut, anggota Fraksi Golkar DPRD Tanah Laut, serta Pimpinan Kecamatan (PK) dari berbagai wilayah. Mereka hadir bukan sekadar untuk menabur bunga dan melantunkan doa, melainkan untuk mengikat kembali makna kebersamaan dan loyalitas di usia ke-61 partai berlambang pohon beringin itu.
Ziarah ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun ke-61 Partai Golkar, yang digelar secara sederhana namun penuh makna. Di tengah kesunyian pemakaman, doa-doa dipanjatkan untuk para pendahulu — nama-nama yang mungkin telah senyap dari panggung politik, namun jejaknya tetap hidup dalam langkah kader hari ini.
Ketua DPD Partai Golkar Tanah Laut, H. Rahimullah, SE, usai kegiatan ziarah menyampaikan bahwa kebersamaan kader adalah kekuatan sejati partai.
“Partai Golkar tetap solid dengan adanya kegiatan ini,” ujarnya tegas.
Ia menegaskan, soliditas bukan sekadar slogan, tetapi semangat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Bagi para kader yang hadir, kegiatan sore itu menjadi ruang renungan — bahwa perjuangan politik sejatinya tak selalu bising oleh orasi atau gegap gempita kampanye. Kadang, ia justru hening di antara nisan, saat kita belajar dari mereka yang telah lebih dulu pergi, tentang arti pengabdian yang tulus dan perjuangan yang tanpa pamrih.
Di penghujung acara, suasana khidmat berubah menjadi hangat. Saling berjabat tangan, saling menguatkan. Cahaya senja di Tanah Merah perlahan meredup, namun semangat beringin justru menyala — menjadi simbol bahwa Golkar Tanah Laut tetap kokoh, berakar kuat di tanah pengabdian.
Ada kalanya, langkah menuju masa depan justru dimulai dari doa di masa lalu.
Ziarah ini bukan sekadar perjalanan menuju makam, tapi perjalanan menuju makna — bahwa kekuatan politik sejati bukan di kursi, melainkan di hati yang tetap setia pada perjuangan.
Dari Tanah Merah sore itu, kita belajar: waktu bisa memudarkan nama, tapi tidak semangat.
Beringin bisa menua, tapi akarnya tetap kuat — karena disiram oleh doa, kebersamaan, dan kesetiaan para kadernya.
Golkar Tanah Laut bukan hanya mengenang pendahulu. Mereka sedang menyalakan kembali semangat yang tak pernah padam — semangat untuk terus tumbuh, berakar, dan berbakti.(suarapancasila.id – hayat)