Jakarta – Penyakit ginjal kronis menghantui warga Indonesia. Catatan Kementerian Kesehatan RI menunjukkan ada sekitar 1,5 juta kasus gagal ginjal dengan total pembiayaan mencapai Rp 2,9 triliun.
“Kita cukup tinggi terkait permasalahan ginjal di Indonesia. Pada tahun 2023, terlihat peningkatan jumlah pembiayaan penyakit gagal ginjal yang tahun 2022 sebesar 2,16 triliun menjadi 2,92 triliun,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Eva Susanti dalam temu media Hari Ginjal Sedunia di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2024).
Pasien yang mengalami gagal ginjal bisa mengalami kerusakan dan penurunan fungsi ginjal, berujung ke cuci darah atau hemodialisis. Data dari Perhimpunan Dokter Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menemukan 158 ribu pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah.
BPJS Kesehatan Bicara Kemungkinan Iuran Naik
Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan Ari Dwi Aryani mengatakan terapi cuci darah bukanlah prosedur yang murah. Setiap sesi cuci darah dapat memerlukan biaya yang signifikan, berkisar antara Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per sesi. Bagi peserta BPJS Kesehatan, biaya cuci darah untuk terapi gagal ginjal sepenuhnya ditanggung.
Hanya saja bukan berarti hal ini membuat masyarakat lantas abai dengan kesehatannya. Terlebih penyakit gagal ginjal kerap terdeteksi saat fungsi organ tersebut sudah rusak 90 persen.
“Kalau BPJS ya porsinya memberikan jaminan pelayanan kesehatan. Tapi persoalan kesehatan nggak cuma di hilir aja, harus ada yang peduli melihat bahwa angka diabetes naik, hipertensi naik,” ujar Ari.
“Berapa banyak tempat es krim baru berdiri? Boba-boba? Anak muda ini sudah banyak yang pra diabetes, itu siapa yang tanggung jawab?” tandasnya.
kna/kna