Akhir yang Tersurat, Pengabdian yang Tak Pernah Usai

Opini :

Oleh : Irham Ihsan

Dalam ajaran Islam dan pappaseng to riolo, amanah itu titipan. Bukan milik kita, tapi milik Allah SWT yang dipercayakan kepada manusia. Karena itu, yang paling penting bukan berapa lama kita mengemban tugas, melainkan bagaimana caranya kita menjalankan dan menutupnya.

Bacaan Lainnya

Penutup yang baik—husnul khatimah—adalah ukuran sejati dari seluruh perjalanan.

Berakhirnya masa tugas Business Assistant (BA) dalam pendampingan KDKMP, tersurat maknanya selesai. Surat tugas berakhir, masa kontrak ditutup, administrasi dituntaskan. Tapi secara tersirat, pengabdian itu tette’na mateppaki—tidak berhenti, tidak terputus, tidak gugur begitu saja.

Karena bagi orang Bugis, tugas bukan sekadar pekerjaan. Ia adalah siri’. Kalau amanah diterima, maka harga diri ikut dipertaruhkan. Iyaro nawa-nawa yang kami pegang: lebih baik lelah di jalan kebenaran, daripada selesai tanpa makna.

Selama masa pendampingan, kami berusaha hadir dengan nilai lempu’ (jujur), getteng (teguh), dan acca (bijak). Tidak sekadar datang mengisi format dan laporan, tetapi berusaha massipa’taungngi—menyatu dengan denyut hidup masyarakat desa. Mendengar keluh mereka, berjalan bersama, dan berdiri di sisi mereka ketika jalan terasa berat.

Koperasi Merah Putih kami pandang bukan hanya sebagai badan usaha, tetapi sebagai alat martabat. Tempat masyarakat belajar berdiri di kaki sendiri, memutus rantai ketergantungan, dan keluar dari sistem yang selama ini melemahkan. Inilah ikhtiar kecil kami untuk menghadirkan kemandirian yang bermartabat, bukan ketergantungan yang diwariskan.

Apa yang hari ini disebut selesai, sejatinya adalah passeddingeng—serah terima nilai dan tanggung jawab. Regenerasi harus berjalan. Kapasitas harus ditingkatkan. Dan gerakan ekonomi rakyat harus tetap hidup, meski wajah pendampingnya berganti.

Tugas bisa berganti orang, tapi nilai tidak boleh ikut diganti.

Kami sadar sepenuhnya, sebagai manusia, ikhtiar kami tidak sempurna. Ada yang kurang, ada yang meleset dari ekspektasi. Namun dalam keyakinan kami, manusia mappasitinaja, Allah SWT yang menentukan hasil akhirnya. Kami hanya bisa berkata: kami telah berusaha sebaik yang kami mampu, dengan niat yang kami luruskan setiap hari.

Atas semua proses itu, kami menyampaikan terima kasih kepada Dinas Koperasi Kabupaten Bone, Kepala Dinas Koperasi Sulawesi Selatan, PMO Kabupaten Bone, dan PMO Provinsi Sulawesi Selatan atas bimbingan, arahan, dan kesabaran selama pendampingan berlangsung. Segala ilmu dan pengalaman itu akan kami simpan sebagai pabbereang (bekal) dalam pengabdian di jalan lain.

Di akhir penugasan ini, dengan rendah hati kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Jika selama kebersamaan ada kata yang kurang terjaga, sikap yang kurang elok, atau langkah yang tidak berkenan, kami mohon dimaafkan. Manusia de’na na sitinaja mabbulo sibatangeng ri sala’.

Sebagaimana pappaseng to Bugis yang kami pegang sampai hari ini: Resopa temmangingngi, malomo na letei pammase Dewata. Bersungguh-sungguhlah dalam ikhtiar, dan bersabarlah dalam proses, karena rahmat Allah datang pada mereka yang tidak meninggalkan usaha.

Maka kami menutup tugas ini dengan penuh kesadaran:

secara tersurat, amanah ini selesai,secara tersirat, pengabdian tetap berjalan ,karena bagi kami,pengabdian bukan jabatan,bukan masa kontrak,tetapi panggilan hidup yang akan terus menyertai selama nafas masih ada.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *