KOTA MALANG (JATIM), SUARAPANCASILA,ID-Sebagai lembaga kemanusiaan yang berfokus pada penanggulangan bencana, Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), melalui tim Emergency Rescue Team Malang (ERTM) telah aktif sejak tahun 1996.
Hal tersebut disampaikan pendiri JKJT Agustinus Tedja Bawana dalam keterangan rilis yang diterima awak media suarapancasila.id, pada Selasa (04/03/2025).
“Keberadaan tim ERTM memberi respon terhadap berbagai bencana alam, khususnya banjir. Disamping itu, setiap tanggap darurat bencana, terutama pada fase pertama yang dikenal dengan “Golden Time”. Tim ini juga melakukan penilaian awal yang terstruktur untuk menentukan langkah selanjutnya dalam penanganan bencana,” tutur pria yang akrab disapa Ayah Tedja itu.
Lebih lanjut, Penilaian bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang skala dan potensi dampak dari bencana banjir yang terjadi, sehingga keputusan untuk menurunkan tim ke lapangan dapat diambil dengan tepat.
“Penilaian dilakukan berdasarkan analisis sederhana yang berfokus pada karakteristik banjir, seperti jenis air, kecepatan aliran, dan materi yang terbawa,” tambahnya.
Sudah malang melintang di dunia kebencanaan, Ayah Tedja menjelaskan pembagian skala banjir yang digunakan oleh ERTM untuk memandu tindakan mereka, diantaranya yakni :
1.Penilaian Skala Banjir:
• Skala 1: Banjir dengan Air dan Materi Sampah Ringan
• Ciri-ciri:
• Air keruh dengan debit yang meluber, namun masih dalam batas wajar.
• Kecepatan aliran air di atas rata-rata normal.
• Banjir ini membawa sampah-sampah ringan seperti plastik, daun, atau benda kecil lainnya.
• Tindakan:
• Meskipun kondisi ini dapat menimbulkan gangguan bagi masyarakat, dampaknya masih tergolong relatif ringan. Tim dapat melakukan evakuasi dan distribusi bantuan di lokasi-lokasi yang terdampak.
• Perhatian lebih diberikan pada keselamatan masyarakat yang terisolasi akibat genangan air.
• Skala 2: Banjir dengan Air Lumpur dan Sampah yang Lebih Berat
• Ciri-ciri:
• Banjir dengan air bercampur lumpur dan sampah berat seperti ranting pohon, batang pohon, dan material keras lainnya.
• Kecepatan aliran air sangat tinggi, melebihi kecepatan normal, dan dapat berpotensi merusak struktur.
• Banjir mulai menjadi lebih berbahaya karena membawa material yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada pemukiman atau infrastruktur.
• Tindakan:
• Penurunan tim dilakukan dengan lebih hati-hati, mengingat potensi bahaya yang lebih besar.
• Evakuasi dilakukan dengan prioritas kepada individu yang terjebak di lokasi rawan, serta pengamanan fasilitas umum dan pemukiman dari ancaman material yang terbawa banjir.
• Skala 3: Banjir dengan Air Lumpur, Sampah Berat, dan Material Bangunan
• Ciri-ciri:
• Banjir membawa air bercampur lumpur, sampah ringan dan berat, serta bahan bangunan seperti batu kecil dan sedang, atau material bangunan lainnya.
• Dahan pohon, ranting, atau bambu terbawa oleh aliran air, yang dapat menghalangi akses dan memperburuk kerusakan.
• Dampaknya mulai meluas, menggerus pemukiman atau fasilitas umum (Fasum), dan berpotensi menghancurkan jembatan atau infrastruktur lainnya.
• Tindakan:
• Tim akan berfokus pada penanganan pemukiman yang tergerus serta perbaikan infrastruktur vital seperti jembatan.
• Banjir pada skala ini memerlukan koordinasi yang ketat dengan pemerintah setempat dan lembaga terkait untuk memastikan keselamatan masyarakat.
• Skala 4: Banjir dengan Air Lumpur, Sampah Berat, dan Potensi Longsor
• Ciri-ciri:
• Banjir sangat parah dengan air bercampur lumpur yang sangat tebal, membawa sampah berat, serta dahan pohon dan ranting dalam jumlah ekstrim.
• Material yang terbawa termasuk batu-batuan besar, bangunan ringan dan berat, serta hewan yang terbawa arus.
• Keadaan ini juga disertai dengan kerentanannya terhadap longsor, di mana pemukiman atau fasilitas yang terletak di daerah rawan dapat tergerus lebih jauh.
• Tindakan:
• Penanganan skala ini memerlukan respon yang lebih komprehensif, termasuk evakuasi masal dan pengamanan lokasi longsor yang berpotensi besar.
• ERTM akan berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk melakukan upaya penyelamatan dan memberikan bantuan kepada korban secara efektif dan efisien.
• Infrastruktur vital seperti jembatan yang terancam akan segera mendapatkan perhatian prioritas untuk perbaikan sementara agar akses dapat kembali dibuka.
Menilai dari pembagian skala tersebut, Ayah Tedja menyimpulkan bahwa skala banjir yang digunakan oleh Emergency Rescue Team Malang (ERTM) memungkinkan untuk merespon situasi bencana secara cepat dan tepat.
“Penilaian skala ini dilakukan dengan mengidentifikasi ciri-ciri utama dari banjir yang terjadi, termasuk jenis air, kecepatan aliran, dan materi yang terbawa, untuk menentukan tingkat bahaya yang ada,” jelasnya.
Menurutnya, Penilaian yang akurat dan cepat sangat penting pada fase “Golden Time”, di mana setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerusakan lebih lanjut.
“Dengan adanya sistem penilaian ini, diharapkan respon terhadap bencana banjir dapat lebih efektif, terarah, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat yang terdampak,” pungkasnya.
Pewarta ; Doni Kurniawan
Editor ; Denny W