BREBES (JATENG), SUARAPANCASILA.ID – Anggota DPR RI dari Dapil IX Jawa Tengah, Wahyudin Noor Aly meninjau langsung lokasi bencana tanah bergerak di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Minggu 4 Mei 2025.
Dalam kunjungannya, pria yang akrab disapa Goyud ini mengungkap fakta mengejutkan soal kerusakan hutan lindung di lereng Gunung Slamet yang disebut sebagai pemicu utama bencana.
Goyud yang didampingi sejumlah pihak mendatangi posko pengungsian di Dusun Gunungpoh. Ia berdialog langsung dengan warga terdampak dan menyerahkan bantuan logistik serta dana tunai. Namun fokus utama kunjungan ini bukan hanya bantuan kemanusiaan, melainkan penyebab utama di balik rentetan bencana yang terus berulang.
“Kita tidak bisa lagi menyebut ini bencana alam. Ini akibat kelalaian manusia,” kata Goyud saat memberi keterangan kepada media.
Politisi PAN yang duduk di Komisi II DPR RI ini menyebut, sekitar 100 hektare hutan mengalami degradasi akibat pembalakan liar dan perambahan yang tak terkendali. Ia menegaskan, kerusakan yang paling parah terjadi di kawasan hutan lindung Gunung Slamet.
“Dulu Sirampog tidak pernah banjir. Sekarang tiap hujan deras pasti banjir. Dari bawah memang terlihat hijau, tapi di atas hutannya sudah habis. Itu hanya ilusi,” ujarnya.
Bencana tanah bergerak yang terjadi dua pekan sebelumnya merusak empat dusun: Karanganyar, Babakan, Cupangbungur, dan Krajan. Data dari BPBD Brebes mencatat, 120 rumah rusak berat, 551 warga terdampak, dan 430 di antaranya mengungsi. Tak hanya itu, 70 hektare lahan pertanian rusak dan jalan desa sepanjang 1,3 kilometer juga terdampak.
Menanggapi situasi tersebut, Goyud mendorong perubahan status hutan lindung Gunung Slamet menjadi Taman Nasional. Menurutnya, langkah ini penting untuk memperkuat perlindungan lingkungan dan menghentikan aktivitas ilegal di kawasan tersebut.
Ia juga mengajak lima kabupaten di sekitar Gunung Slamet – Brebes, Tegal, Pemalang, Purbalingga, dan Banyumas – bersama pemerintah pusat dan provinsi, duduk satu meja menyusun langkah strategis jangka panjang.
“Kita tak bisa terus bersikap reaktif. Harus ada solusi permanen,” ujarnya.
Lebih lanjut, Goyud menilai, jika hutan dikelola sebagai taman nasional, maka selain menjaga ekosistem, kawasan itu bisa dikembangkan menjadi destinasi ekowisata yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat sekitar.
“Ini bukan sekadar soal lingkungan. Ini soal keselamatan ribuan warga. Kalau kita diam, Sirampog akan terus jadi langganan bencana setiap musim hujan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Mendala, Muhammad Basori, mengaku warganya sangat terpukul. Ia mengapresiasi kunjungan dan bantuan dari berbagai pihak, termasuk yang diberikan oleh Goyud.
“Kehadiran beliau membawa semangat bagi kami. Bantuan ini sangat berarti saat kami mulai dari nol,” pungkasnya.