Festival Muharam dan Grebek Suro ke 9 Digelar di Sawahlunto, Upaya Pelestarian Budaya Unik

SAWAHLUNTO (SUMBAR) SUARA PANCASILA.ID –Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagad, sebuah komunitas budaya keturunan Jawa di Kota Sawahlunto, kembali akan menyelenggarakan Festival Muharam dan Grebek Suro untuk menyambut tahun baru Islam 1447H. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 26 Juni 2025 dan merupakan upaya pelestarian nilai-nilai budaya tangsi dan masyarakat lokal yang unik di Kota Sawahlunto.

Dalam wawancara singkat di sela persiapan kegiatan tersebut, Iwan Darmawan, pemimpin Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagad, mengatakan bahwa kegiatan ini sudah dilakukan untuk ke 9 kali dan melibatkan berbagai etnis, termasuk Jawa, Minangkabau, Mandailing, dan Batak. “Kami di Sawahlunto sudah tidak asing sebagai sebuah komunitas masyarakat yang terbentuk dari pembauran dari etnis Minang, Jawa, Batak, Mandailing, Sunda, Tionghoa, bahkan masih ada yang berdarah Belanda,” ungkap Iwan dengan bangga.

Festival Muharam dan Grebek Suro ini merupakan sebuah upaya pelestarian nilai-nilai budaya lokal yang berkembang karena adanya pembauran komunitas berbagai etnis di Kota Sawahlunto. Kegiatan ini juga melibatkan ritual budaya grebek suro, yang diawali dengan pengikatan bambu kuning dengan kain merah yang melambangkan kesuksesan dan kemakmuran.

Bacaan Lainnya

“Walau dana pokok pikiran (Pokir)dihilangkan, kami tidak akan menyerah! Kami akan tetap melaksanakan festival ini dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, dan dengan usaha mencari dana sendiri, karena kegiatan ini merupakan bagian dari identitas dan kebudayaan kita yang tidak bisa digantikan,” kata Iwan dengan tegas.

Iwan berharap bahwa festival Muharam ini tidak hanya dilakukan oleh komunitasnya, tetapi bisa berkembang hingga ke 27 desa dan 10 kelurahan yang ada di 4 kecamatan di Kota Sawahlunto. “Sebagai salah satu bentuk kepedulian dalam mempertahankan nilai religi yang sudah mengakar di masyarakat,” kata Iwan dengan penuh harapan.

Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagad juga memiliki berbagai kegiatan kesenian lainnya, seperti kuda kepang, teater, band, keroncong, festival kota tua, dan pameran barang antik. Iwan berharap bahwa festival Muharam ini dapat menjadi salah satu bagian dari upaya pengembangan dan pelestarian nilai budaya yang berkembang dan unik di Kota Sawahlunto.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *