SUARAPANCASILA.ID- Fosil capit kepiting jantan yang sangat besar, utuh, serta terawetkan dengan sempurna yang lengkap dengan gerigi selama 20 sentimeter( centimeter), ditemui di Selandia Baru.
Dilansir dari IFL Science, Rabu( 28/ 2/ 2024), temuan tersebut ialah fosil capit kepiting terbanyak yang sempat terdapat. Dimensi spesimen yang sangat besar membuat para ilmuwan menebak kalau spesimen ini dapat jadi ialah pendahulu kepiting raksasa selatan yang beratnya dapat menggapai lebih dari 12 kg.
Fosil itu awal kali ditemui oleh seseorang pria bernama Karl Raubenheimer dikala masih berumur belasan tahun, dikutip dari Scientific American, Kamis( 29/ 2/ 2024).Dikala itu, Raubenheimer memandang capit besar yang menonjol dari singkapan batu yang dikelilingi tebing di dekat rumahnya di daerah Taranaki, Pulau Utara, Selandia Baru.Dia setelah itu mengetuk- ngetuk batu tersebut, serta tidak lama setelah itu, segala fosil itu juga terkuakSisa- sisa fosil seragam kembali ditemukan
Pada tahun- tahun selanjutnya, Raubenheimer serta sahabatnya yang mencari fosil kembali menciptakan sebagian sisa- sisa lain yang nyatanya berasal dari spesies yang sama.
Berikutnya, satu dekade ataupun 10 tahun setelah itu, Raubenheimer menciptakan fosil utuh yang lain. Tetapi kali ini, yang ditemui merupakan seekor kepiting betina. Dia setelah itu menyumbangkan 2 kepiting utuh tersebut ke Museum Te Papa Tongarewa di Selandia Baru serta mengirimkan potret- potret kepada pakar kepiting Barry van Bakel di Universitas Utrecht di Belanda.
Van Bakel langsung ketahui kalau fosil- fosil ini tidak semacam yang sempat dilihat lebih dahulu.Dia berkata kalau itu merupakan suatu spesies kepiting raksasa yang baru, yang dipaparkan pekan ini di Harian Geologi serta Geofisika Selandia Baru.
Selandia Baru populer dengan ratusan spesimen kepiting dengan spesies Tumidocarcinus giganteus. Kepiting berusia dari spesies ini mempunyai dimensi badan rata- rata dekat 14 centimeter.Tetapi, walaupun kepiting baru ini hidup pada masa yang sama( era Miosen, dekat 9 juta tahun yang kemudian), wujud badannya berbeda, serta apalagi lebih besar.
” Spesimen terbanyak mempunyai karapas 8 inci serta capit 8 inci( dekat 20 centimeter) serta menjadikannya fosil kepiting terbanyak yang sempat ditemui,” kata van Bakel. Identitas kepiting raksasa Selandia Baru
Kepiting raksasa selatan jantan( Pseudocarcinus gigas) mempunyai satu capit besar dengan ujungnya bercorak gelap.Pada spesies terbesarnya, capit tersebut dapat mempunyai panjang yang menggapai separuh m( 50 centimeter).
Pseudocarcinus gigas ialah tipe kepiting air dingin yang bercorak merah tua dengan bercak- bercak krem, serta beratnya dapat menggapai 12 kg( kilogram).Walaupun terdapat satu contoh kepiting raksasa selatan yang hidup serta tertangkap di Pulau Selatan Selandia Baru, tetapi kepiting ini tidak sempat dikenal hidup di Selandia Baru.
Apalagi, sampai dikala ini para ilmuwan nyaris tidak mengenali asal- usul evolusinya.” Apa yang sangat keren dari fosil ini, tidak hanya ialah fosil yang indah, merupakan fosil ini berasal dari Selandia Baru, di mana dikala ini tidak terdapat populasi kepiting raksasa,” kata seseorang pakar evolusi krustasea di University of Cambridge di Inggris, Javier Luque yang tidak ikut serta dalam riset ini.
” Raksasa ataupun tidak, kepiting merupakan contoh spektakuler dari kompleksitas evolusi,” imbuhnya.Dia berkata, kepiting tersebut mempunyai keragaman wujud serta guna yang luar biasa.
Tidak cuma itu, temuan tersebut pula berikan ketahui para periset lebih banyak tentang ekosistem laut dalam purba.Alasannya, catatan fosil laut memiliki banyak data tentang laut dangkal, di mana sedimentasi lebih banyak terjalin dibanding di laut dalam.
Dengan demikian, hendak lebih membolehkan buat mengubur hewan mati saat sebelum membusuk.Hendak namun, kata Luque, kepiting raksasa tersebut hidup sebagian ratus m di dasar permukaan.
Di mana kepiting itu bisa jadi jadi mangsa paus, lumba- lumba, serta anjing laut purba( yang fosilnya pula sudah ditemui oleh Raubenheimer serta yang yang lain). Di satu sisi, kepiting sendiri pula seekor predator.
” Kala Kamu besar, Kamu memerlukan banyak tenaga, serta Kamu memerlukan banyak santapan. Gimana kepiting besar di perairan dalam mengumpulkan santapan mereka? Kurang lebih cuma terdapat satu opsi,” kata van Bakel. Lebih lanjut dia berkata kalau bagian Selandia Baru ini sangat aktif secara vulkanik.
Gunung berapi di dasar permukaan menghasilkan gas dari ventilasi bawah laut, menyuburkan perairan di sekitarnya serta menarik kerang, siput laut, serta krustasea, tempat mencari yang sempurna buat kepiting raksasa dengan capit yang kokoh.
Lebih dari 10 tahun sehabis temuan awal Raubenheimer, van Bakel serta koleganya menamai kepiting purba raksasa itu Pseudocarcinus karlraubenheimeri.
Sumber : Kompas.com