NASIONAL,SUARAPANCASILA.ID- JAKARTA – Emiten pelat merah PT petamina gheotermal energy Tbk. (PGEO) menyiapkan sederet proyek panas bumi untuk mengakselerasi target Pemerintahan Prabowo Subianto menjadikan Indonesia sebagai pelopor energi baru terbarukan (EBT) dunia.
Manager Corporate Communication & CSR PGEO Muhammad Taufik mengungkapkan setidaknya terdapat tiga proyek yang tengah dikembangkan oleh perseroan untuk mencapai target pemerintah tersebut, antara lain PLTP Hululais, PLTP Gunung Tiga, dan proyek co-generation.Pertama, PLTP Hululais yang berlokasi di Bengkulu, akan memiliki kapasitas 110 megawatt (MW). Nantinya, commercial operational date (COD) proyek ini akan diproyeksikan pada akhir 2027 atau memasuki 2028.
Adapun untuk proyek kedua, PLTP Gunung Tiga akan memiliki kapasitas 55 MW. Saat ini, proyek tersebut masih dalam proses eksplorasi dengan target COD pada 2029. Proyek ini bahkan baru saja diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada Juni lalu.
Selanjutnya, pada proyek co-generation, kapasitas awal pengembangan berasal dari PLTP Lahendong Binary Unit dengan kapasitas 15 MW dan PLTP Ulubelu Binary Unit yang berkapasitas 30 MW. PLN juga telah mengirimkan Request for Proposal (RFP) kepada PGEO untuk membeli tenaga listrik dari kedua PLTP tersebut. Namun, target COD proyek co-generation baru pada 2027.
Dengan rangkaian proyek itu, PGEO berupaya untuk menyediakan energi panas bumi sebagai energi lokal, guna mendukung tercapainya target yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Target pemerintah untuk mengakselerasi transisi energi memberi angin segar dan optimisme bagi PGEO,” katanya kepada Bisnis, Rabu (20/8/2025).
Lebih lanjut, dalam dua tahun ke depan PGEO menargetkan peningkatan kapasitas terpasang menjadi 1 GW. Penambahan kapasitas terpasang hingga 1,7 GW ditargetkan akan terjadi pada 2034.
“Lebih dari itu, perusahaan telah mengidentifikasi potensi cadangan sebesar 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola sendiri,” tambahnya.
PLN & PGEO Bentuk Konsorsium
Tidak hanya menggarap proyek mandiri, PGEO juga memperkuat kolaborasi dengan PT PLN INDONESIA POWER (PLN IP) melalui pembentukan konsorsium untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi (geothermal).
Kerja sama itu mencakup penandatanganan head of agreement (HoA) pengembangan panas bumi sebesar 530 MW serta pembentukan konsorsium untuk dua proyek PLTP di Ulubelu dan Lahendong.
Direktur Utama PLN IP Bernadus Sudarmanta mengatakan, melalui HoA, kedua perusahaan sepakat menjajaki pengembangan energi panas bumi di berbagai WKP dengan total kapasitas indikatif mencapai 530 MW tersebut. Proyek-proyek itu berada dalam status brownfield, yellowfield, dan greenfield.
Menurut Bernadus, pengembangan panas bumi bukan hanya solusi jangka panjang untuk penyediaan energi yang andal dan berkelanjutan, tetapi juga wujud nyata kontribusi BUMN dalam mendukung agenda pembangunan rendah karbon.
“Melalui konsorsium ini, kami memastikan proses pengadaan dan pembangunan dilakukan secara efisien, transparan, dan berorientasi pada hasil,” ungkapnya melalui keterangan resmi, Selasa (19/8/2025).
Sebagai tindak lanjut dari HoA, PLN IP dan PGEO kemudian membentuk konsorsium untuk mengerjakan proyek PLTP Ulubelu Binary Unit berkapasitas 30 MW di Provinsi Lampung dan PLTP Lahendong Binary Unit berkapasitas 15 MW di Sulawesi Utara.
Saat ini, kedua proyek tersebut masih dalam proses pengadaan IPP di PT PLN (Persero) dan akan membentuk joint venture company (JVC) setelah menerima surat penunjukkan dari PLN.
Dia menambahkan, kedua proyek ini merupakan bagian dari pengadaan pembelian tenaga listrik oleh PLN untuk wilayah Sumatra dan Sulawesi, sekaligus menjadi bukti nyata sinergi BUMN dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan.
Sejalan dengan itu, Presiden Prabowo Subianto sendiri berambisi menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor energi bersih dunia. Bahkan, Prabowo menargetkan produksi Energi Bersih Tanah Air bisa mencapai 100% sebelum 2060.
Ambisi itu disampaikan Prabowo dalam pembacaan Nota Keuangan APBN 2026, dengan menekankan bahwa Indonesia harus menggenjot pembangunan pembangkit listrik dari energi surya, energi hidro, panas bumi, hingga bioenergi.
“Indonesia harus menjadi pelopor energi bersih dunia. Kita harus capai 100% pembangkit listrik dari EBT dalam waktu 10 tahun, atau lebih cepat. Saya yakin hal ini bisa dicapai. Dari target dunia 2060, kita bisa mencapainya jauh lebih cepat,” kata Prabowo, Jumat (15/8/2025).
Ambisi EBT Prabowo Bakal Sengat Saham PGEO
Ambisi besar itu dinilai akan berdampak langsung terhadap kinerja saham PGEO. Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai PGEO berpotensi mendapatkan penguatan dari target produksi energi bersih pemerintah ke depannya.
Menurutnya, dukungan tersebut juga diperkuat dengan masuknya BPI Danantara ke proyek percepatan panas bumi PLN dan PGEO terhadap 19 proyek berkapasitas 530 MW.
Kerja sama ini dinilai mampu memberikan sentimen positif, seperti meningkatkan efisiensi operasional, membuka akses pendanaan murah, hingga menarik minat investor lokal dan asing.
Sukarno bahkan merekomendasikan buy terhadap saham PGEO dengan target harga Rp1.855 dan Rp2.200 per lembar. Terlebih, pada perdagangan hari ini, PGEO tengah terkoreksi 3,41% ke Rp1.415, yang dinilai menjadi momen yang tepat bagi investor untuk masuk ke saham ini.
“Untuk saat ini PGEO sedang koreksi, bisa dijadikan momentum untuk akumulasi buy. Sementara prospek jangka panjang tetap solid menunggu eksekusi target EBT,” kata Sukarno.
Selain itu, dia menilai target pemerintah terhadap produksi EBT juga berpotensi menyengat emiten-emiten batu bara, terutama yang mulai melakukan diversifikasi ke energi baru dan terbarukan.
Sejumlah emiten seperti PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) yang merambah ke PLTS di Batam maupun PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) melalui PLTS di Cilegon menjadi contoh diversifikasi tersebut.
“Emiten batu bara yang belum melakukan diversifikasi sebetulnya tetap menarik, tapi masih dipengaruhi tekanan harga coal,” pungkasnya.
SUMBER:BISNIS.COM