Hujan 18 Jam di Desa Panjaratan: Banjir Mengintai, Warga Waspada

KABUPATEN TANAH  LAUT (KALSEL), SUARAPANCASILA.ID-Hujan deras selama lebih dari 18 jam mengguyur Desa Panjaratan, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Desa yang dikenal sebagai wilayah rawan banjir ini kembali berada dalam bayang-bayang bencana. Dengan kondisi geografis yang 100% berupa dataran rendah, Panjaratan menjadi langganan banjir setiap tahunnya.

Hari ini, aliran Sungai Panjaratan-Tabanio terancam tak lagi mampu menampung debit air yang kian meninggi. Ditambah limpahan air dari Pelaihari dan sekitarnya, sebagian rumah ( Dapur nya ) warga kini sudah mulai terendam. Ada dapur yang sudah digenangi air, sementara rumah lainnya hanya menunggu beberapa sentimeter lagi sebelum air menerobos masuk.

Banjir di Panjaratan bukan sekadar fenomena musiman. Ini adalah bencana yang membawa dampak besar. Saat air naik, sawah-sawah warga yang telah ditanami padi terendam, memupus harapan panen. Mayoritas penduduk yang hidup sebagai petani padi harus bersiap menghadapi kerugian besar, sementara sebagian lainnya yang masih menggantungkan hidup pada hasil tangkapan ikan sungai juga terdampak.

Bacaan Lainnya

Ahmad, salah seorang warga, menyampaikan kekhawatirannya dalam bahasa Banjar. “Rumah ulun parak calap, sekilan aja lagi. Bila hujan pulang malam ini, bisa calap, belum lagi banyu yang datang mulai Pelaihari,” ujarnya sambil memandangi genangan air yang kian mendekat.

Di RT 5, Pahrizal mengisahkan perjuangan berat warga saat menghadapi banjir. “Kalau banjir, kami harus bikin para-para untuk tidur. Barang-barang rumah tangga harus diamankan agar tidak rusak. Gabah kami, itu sangat berharga, harus dijaga betul. Belum lagi ternak-ternak yang ikut kebanjiran, semuanya harus diselamatkan. Ini sangat melelahkan,” keluhnya.

Saat banjir melanda, warga Panjaratan sering kali harus mengungsi ke desa-desa tetangga seperti Telaga, Tungkaran, Panggung, atau Ujung Batu. Namun, tak semua warga memiliki pilihan itu. Bagi mereka yang bertahan, ini adalah ujian ketangguhan yang berulang.

Banjir di Panjaratan tak hanya berbicara tentang air yang menggenang, tetapi juga tentang mimpi dan harapan warga yang terus diuji. Hujan masih turun, dan warga hanya bisa berharap agar malam ini air tak lagi bertambah. Namun, sejarah berkata lain—banjir di sini sering kali bertahan hingga dua minggu. Bagi warga Panjaratan, ini bukan sekadar banjir. Ini adalah pengingat akan pentingnya kesiapan dan solidaritas.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *