Kematian Azka Disorot Publik, Keluarga Tuntut Keadilan dan Polisi Dalami Dugaan Bullying

BREBES (JATENG), SUARAPANCASILA.ID – Kematian Azka Rizki Fadholi tengah menjadi perhatian publik setelah keluarga menyoroti dugaan bullying sebelum kondisi korban memburuk. Azka meninggal pada 12 Agustus 2025 setelah dirawat satu hari di rumah sakit.

Ibunda korban, Siti Royanah (42), menyebut Azka mulai mengeluh sakit kepala dan lemas sejak pulang sekolah pada 8 Agustus 2025. “Dia bilang pusing dan nggak kuat bangun,” ujarnya.

Keesokan harinya, Azka tetap berangkat sekolah meski kondisinya belum pulih. Siti curiga karena kaos kaki anaknya tampak kotor seperti habis terperosok ke lumpur.

Bacaan Lainnya

Pada malam hari, kondisi Azka memburuk dan ia mengeluh sakit pada bagian dada serta tangan. Siti membawa Azka ke tukang urut, tetapi keluhannya tidak mereda.

Beberapa waktu kemudian, Azka mengaku telah dianiaya sejumlah temannya di sekolah. Siti melaporkan kasus tersebut ke Polres Brebes pada 21 Agustus 2025 namun ia mengaku belum menerima perkembangan berarti setelah satu bulan.

Beberapa hari setelah Azka meninggal, keluarga terduga pelaku dan pihak sekolah mendatangi rumah duka. Mereka menawarkan sejumlah uang yang diduga sebagai upaya damai, namun Siti menolak.

“Saya ingin kasus saya sama dengan yang lain, jangan dibedakan dengan yang punya uang,” tegas Siti yang memilih melanjutkan proses hukum agar kejadian serupa tidak terulang.

Polres Brebes memastikan penyelidikan atas kematian Azka tetap berjalan dan tidak dihentikan. Penyidik memetakan kronologi awal, termasuk interaksi korban dengan sejumlah rekannya sebelum kejadian.

Polisi menyebut adanya dugaan kontak fisik dalam konteks bercanda dan menjadikan hal itu sebagai fokus pemeriksaan. Kasatreskrim Polres Brebes, AKP Resandro Hendriajati, menegaskan bahwa penyidik telah mengamankan data penting, termasuk hasil visum dan rekam medis.

“Dari visum fisik, ditemukan adanya luka memar berwarna kemerahan di lengan atas kiri korban,” jelasnya. Ia menyebut hasil visum sementara tidak menunjukkan adanya patah tulang atau pergeseran sendi.

Penyidik menunggu analisis ahli medis untuk menelaah rekam medis secara menyeluruh, termasuk dugaan awal penyakit demam berdarah. Polisi memastikan seluruh temuan medis akan menjadi dasar langkah lanjutan.

“Dari pemeriksaan saksi, memang ditemukan adanya kontak fisik dengan beberapa rekan korban. Namun sementara ini disebutkan dalam bentuk candaan. Hal tersebut masih terus kami dalami,” ujar AKP Resandro.

Penyidik memperluas klasifikasi saksi untuk memastikan apakah terdapat unsur kekerasan yang dapat memengaruhi kondisi korban. “Kami masih mendalami, memeriksa saksi-saksi lain, dan mempelajari kemungkinan langkah lanjutan. Semua akan kami lakukan secara profesional agar peristiwa ini menjadi terang,” pungkasnya.

Polres Brebes meminta masyarakat tidak berspekulasi dan memberi ruang bagi proses hukum yang sedang berjalan. Polisi menegaskan bahwa setiap informasi akan diverifikasi secara profesional.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *