Menakar Kecenderungan Calon Pemenang Pilkada Berbasis Karakter Data Grafik

Grafik/Net.

Grafik adalah metode umum untuk mengilustrasikan hubungan dalam data secara visual. Grafik dapat menjadi cara efektif untuk menyajikan data dan menginterpretasikannya. Metode ini, kerap digunakan lembaga survei untuk menampilkan data hasil surveinya.

Pepatah umum mengatakan, sebuah gambar bernilai ribuan kata. Asumsinya adalah bahwa sebuah gambar dapat “mengatakan” hal-hal yang tidak dapat diungkapkan atau diungkapkan dengan jelas dan ringkas oleh kata-kata. Boleh dibilang, data dalam tampilan grafik dibuat untuk menyajikan data yang terlalu banyak atau rumit untuk dijelaskan secara memadai dalam teks dan ruang yang lebih sedikit. Contohnya, hasil survei.

Lalu, apa kaitannya hal diatas dengan Pilkada Purwakarta? Dari data grafik sejumlah lembaga survei yang berseliweran belakangan ini, penulis mencoba berasumsi, menakar kecenderungan, siapa yang bakal jadi pemenang Pilkada Purwakarta? Sekali lagi, ini hanya asumsi. Mudah-mudan asumsi ini bisa memicu semangat para timses untuk lebih sering ngopi-ngopi dan ngobrol-ngobrol bareng timses sebelah.

Bacaan Lainnya

Pertama. Jika seorang calon memiliki basis popularitas yang tinggi bahkan dengan elektabilitas yang bagus, tetapi saat dipasangkan dalam satu paket grafiknya menjadi turun, maka kemungkinan pasangan ini akan terus menggambarkan laju data grafik dengan gambar data grafik dan garis yang cenderung menurun.

Kedua. Jika seorang calon memiliki basis popularitas yang tinggi dan elektabilitas yang tinggi tetapi karakter data grafiknya moving average bahkan double moving average dengan sudut garis liniernya lebih besar dari 45 derajat atau lebih dekat terhadap sumbu Y (garis vertikal), maka dimungkinkan terjadi titik jenuh dan pada akhirnya mengalami fracture alias getas atau patah, atau disebut juga balon pecah (bubble boom).

Akibatnya, popularitas serta elektabilitas yang bersangkutan menjadi tidak berarti apa-apa, karena bubble boom yang terjadi melibatkan banyak faktor dan sangat kompleks baik terjadi di internal tim yang semakin rapuh karena berbagai persoalan khususnya kekecewaan, juga dimata konstituen atau pasar pemilihnya yang mulai jenuh karena konstantanya yang monoton.

Yang ketiga. Jika seorang calon memiliki karakter data grafik yang landai, atau eksponensial dan terus membentuk lengkungan meningkat, maka data grafik seperti ini menggambarkan kecenderungan kokoh dan memiliki probabilitas capaian kemenangan dengan frekuensi yang tinggi. Grafikna melengkung, naek na lalalunan akhirna ka luhur bro.

Artinya, data grafik yang landai dan terus meningkat, semakin kuat memperlihatkan kecenderungan untuk terus melaju kearah yang lebih tinggi, meskipun fluktuasi itu tetap ada namun masih dalam rentang laju peningkatkan. Terus naek ka luhur tea geuningan.

Asumsi penulis, data grafik seperti ini memberikan salah satu gambaran keuletan dan kekokohan tim yang semakin percaya diri, untuk terus bekerja tanpa memperhatikan apapun kecuali bekerja untuk mencapai finishnya, yaitu kemenangan dalam proses pergulatan Pilkada dengan raihan simpatik para pemilihnya yang semakin solid dan bersikap partisipatif ikut membantu tim formalnya.

Namun demikian model ketiga ini perlu diperhatikan juga jika variable independensinya bergerak leluasa, tetapi jika variable dependennya masih dalam diri komunitas yang sempit dan primordial. Maka hal ini akan memberikan gambaran data grafik eksponensialnya berkutat dalam ceruk pasar yang sempit yaitu hanya pada komunitasnya, dengan kata lain grafik si paslon menggambarkan data grafik yang lambat dan malah bermain di lingkungan keluarga sendiri. Atau, didinya-didinya keneh jiga na mah.

Penulis adalah Koordinator Forum Komunikasi Jurnalis Purwakarta (Fokus JP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *