Merangkai Nilai dalam Layar: Wayang Kulit Banjar Semarakkan HUT RI ke-80 di Tanah Laut

Pelaihari(KALSEL), SUARA PANCASILA.ID – Layar putih terbentang di tengah Ruang Terbuka Publik (RTP) Pasar Lawas Pelaihari, Sabtu (9/8/2025) malam. Denting gamelan dan tabuhan gendang menggema, menjadi pembuka pertunjukan Wayang Kulit Banjar yang hadir bukan sekadar hiburan, tetapi juga ruang untuk menanamkan nilai dan menjaga warisan budaya.

Pagelaran ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, yang digelar melalui subkegiatan pelestarian budaya lokal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Tanah Laut. Kepala Disdikbud, Abdillah, menegaskan bahwa seni tradisi memiliki peran penting sebagai “tontonan yang memberi tuntunan”.

“Di Kalimantan Selatan, kita punya beragam jenis wayang — Wayang Kulit Banjar, Wayang Orang, hingga Wayang Gong. Harapannya, kecintaan kita pada seni tradisional dan kekuatan lokal akan terus diwariskan, tidak tergerus perkembangan teknologi,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Tanah Laut, HM Zazuli, yang membacakan sambutan Bupati H. Rahmat Trianto. Dalam pesannya, Bupati menekankan bahwa Wayang Banjar bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan warisan yang sarat nilai moral, etika, sejarah, dan filosofi hidup.

“Pemerintah daerah berkomitmen melestarikan seni budaya lokal, serta mengajak generasi muda untuk mempelajari dan mempromosikan seni daerah agar tetap hidup dan berkembang,” bunyi sambutan tersebut.

Malam itu, Sanggar Campala Riza dari Hulu Sungai Tengah di bawah pimpinan Dalang Ririt tampil memikat dengan lakon “Antara Tugas dan Cinta” — kisah yang menggabungkan konflik batin, pengabdian, dan pengorbanan. Penonton disuguhkan alur yang bukan hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan tentang pilihan hidup.

“Dengan Bismillahirrahmanirrahim, pertunjukan Wayang Banjar malam ini saya nyatakan resmi dibuka. Semoga berjalan lancar, menghibur, dan bermanfaat bagi kita semua,” tutup Wakil Bupati.

Layar pun hidup, bayangan tokoh wayang menari di balik kelir, menyampaikan pesan abadi: bahwa budaya adalah cermin jiwa bangsa, dan melestarikannya adalah menjaga masa depan.(suarapancasila.id-foto:ist/mctala)

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *