Perlintasan Tanpa Palang Kembali Makan Korban,Sekeluarga Tewas Dihantam Kereta Api

ASAHAN (SUMUT), SUARAPANCASILA.ID –Kecelakaan maut kembali terjadi di perlintasan kereta api tanpa palang! Sebuah mobil Daihatsu Terios yang ditumpangi satu keluarga dihantam dan terseret sejauh 50 meter oleh Kereta Api Sri Bilah jurusan Medan–Rantau Prapat, Minggu (23/3/2025) siang. Akibatnya, empat orang dalam mobil itu tewas mengenaskan di lokasi kejadian.

Tragedi ini mengungkap fakta yang tak terbantahkan: perlintasan tanpa palang masih menjadi ancaman mematikan di Sumatera Utara! Nyawa terus melayang akibat kelalaian yang seolah dibiarkan berulang.

Kapolsek Air Batu, AKP Suharyanto Tambunan, membenarkan kecelakaan tragis ini. Ia mengungkapkan bahwa kereta melaju dengan kecepatan tinggi saat menghantam mobil yang sedang melintas. Sementara itu, Kasatlantas Polres Asahan, AKP Resti Widya Sari, menegaskan bahwa di lokasi kejadian memang tidak terdapat palang pintu maupun petugas penjaga.

Bacaan Lainnya

Ini bukan kali pertama perlintasan tanpa palang memakan korban. Berulang kali kecelakaan terjadi di jalur Medan–Rantau Prapat, namun tindakan nyata dari pihak berwenang masih minim. Sampai kapan nyawa rakyat dibiarkan terancam di perlintasan-perlintasan maut seperti ini ?

Tanggung Jawab Siapa ?
Tragedi ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah dan PT KAI. Fakta bahwa perlintasan tanpa palang masih banyak ditemukan menunjukkan lemahnya pengawasan dan komitmen dalam menjamin keselamatan pengguna jalan. Apakah harus menunggu lebih banyak korban sebelum ada tindakan nyata?

Pemerintah daerah, PT KAI, dan Kementerian Perhubungan seharusnya segera turun tangan. Solusi seperti pemasangan palang otomatis, sirene peringatan, atau minimal penempatan petugas jaga di perlintasan rawan harus menjadi prioritas!

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan dari pihak terkait mengenai langkah konkret yang akan diambil. Jika dibiarkan terus berulang, tragedi seperti ini bukan lagi kecelakaan, melainkan kelalaian yang disengaja.

Nyawa rakyat terlalu berharga untuk terus dikorbankan. Sampai kapan kita harus menunggu perubahan.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *