Banjarmasin(KALSEL), SUARA PANCASILA.ID – 16 Mei 2025 – Di tengah peningkatan kesadaran nasional terhadap bahaya stunting bagi generasi masa depan, Wakil Gubernur Kalimantan Selatan H. Hasnuryadi Sulaiman menunjukkan komitmennya secara langsung. Bertempat di rumah dinasnya di Jalan S. Parman, Banjarmasin, ia memimpin audiensi penting dalam rangka persiapan Rembug Stunting. Bukan sekadar forum formalitas, pertemuan ini menjelma menjadi panggung koordinasi lintas sektor yang sarat makna dan arah kebijakan strategis.
Didampingi sang istri, drg. Ellyana Trisya Hasnuryadi, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua TP PKK Kalsel, Hasnuryadi membuka pertemuan dengan nada tegas namun penuh harapan. “Penanganan stunting tidak bisa dilakukan sendiri. Ini butuh sinergi, kolaborasi kuat antar sektor. Semua punya peran, semua harus turun tangan,” ujarnya, sembari menatap jajaran pimpinan SKPD dan stakeholder yang hadir.
Hadir dalam pertemuan tersebut sejumlah tokoh penting dari jajaran Pemprov Kalsel dan mitra strategis, antara lain Asisten Administrasi Umum Setda Prov Kalsel Ahmad Bagiawan, Plt Kepala Bappeda Ariadi Noor, Kepala Dinas Kominfo sekaligus Plt Kadinkes Muhammad Muslim, Kepala DPPPA-KB Sri Mawarni, Direktur Bank Kalsel Fahrudin, dan Kepala Perwakilan BKKBN Kalsel Farah Adibah.
Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, tak bisa dipisahkan dari masalah sistemik seperti pernikahan dini, kemiskinan, dan rendahnya pendidikan masyarakat. Hasnuryadi menekankan bahwa penanganannya harus menyentuh akar masalah. “Kalau kita bicara stunting, kita juga bicara soal pendidikan, akhlak, karakter masyarakat, dan pengelolaan sumber daya alam. Ini saling berkaitan,” ungkapnya.
Muhammad Muslim yang bertindak sebagai moderator menyampaikan bahwa secara nasional, Kalimantan Selatan menunjukkan kinerja yang cukup baik dalam menekan angka stunting. Meski begitu, ia menggarisbawahi bahwa pencapaian ini tak boleh membuat lengah. “Kita butuh strategi berkelanjutan dan pendekatan inovatif ke depan,” kata Muslim.
Sementara itu, Ariadi Noor dari Bappeda menguraikan lima strategi nasional dalam percepatan penanganan stunting yang menjadi acuan daerah: komitmen dan visi kepemimpinan, kampanye perubahan perilaku, konvergensi program pusat-daerah-desa, ketahanan pangan dan gizi, serta pemantauan dan evaluasi.
Dukungan konkret juga datang dari berbagai pihak. Kepala DPPPA-KB Sri Mawarni menegaskan kesiapan pihaknya menangani isu pernikahan dini dan kemiskinan, dua faktor utama pemicu stunting. “Kami siap bersinergi dengan semua pihak. Ini bukan cuma soal kesehatan, tapi masa depan anak-anak kita,” tegas Sri.
TP PKK pun tak tinggal diam. “Kami sudah siapkan program-program pendampingan, dan kami siap berkoordinasi dengan Bappeda dan semua pemangku kepentingan,” ucap drg. Ellyana Trisya Hasnuryadi.
Dari sisi dukungan eksternal, Direktur Bank Kalsel Fahrudin menunjukkan komitmen lembaganya dalam mendorong upaya penanggulangan stunting melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ). “Kami akan selalu support kepala pemerintahan provinsi Kalsel,” tegas Fahrudin, yang pada kesempatan itu juga menyerahkan sponsorship Bank Kalsel untuk klub PS Barito Putera yang dipimpin langsung oleh Wagub Hasnuryadi.
Sementara Farah Adibah dari BKKBN Kalsel memaparkan program “Makan Bergizi Gratis” bagi ibu hamil, menyusui, dan balita di bawah usia dua tahun, sebagai langkah konkret mendukung asupan gizi masyarakat rentan.
Rembug Stunting sendiri merupakan forum musyawarah penting yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat desa hingga provinsi, untuk membahas strategi dan merumuskan aksi nyata penurunan stunting berdasarkan hasil analisis situasi masing-masing wilayah. Di Kalsel, rembug ini menjadi simbol semangat kolektif bahwa perang terhadap stunting bukan sekadar kewajiban birokrasi, tapi gerakan bersama masyarakat.
Dengan kepemimpinan Hasnuryadi yang mengedepankan sinergi, dan dukungan dari lintas sektor baik pemerintah maupun swasta, Kalimantan Selatan tampaknya tengah membangun fondasi kuat untuk mencetak generasi emas—bebas dari stunting, dan siap menghadapi masa depan. (suarapancasila.id – Foto:Istimewa/Wasaka Kalsel)