Sosok Eko Londo, Pelawak Legendaris Srimulat yang Meninggal Dunia, Koma Sebulan Karena Kecelakaan

Eko Londo Pelawak Srimulat Meninggal Dunia Sempat Koma Sebulan Karena Alami Kecelakaan
Eko Londo Pelawak Srimulat Meninggal Dunia Sempat Koma Sebulan Karena Alami Kecelakaan

JAKARTA,SP – Nama Eko Untoro Kurniawan alias Eko Londo (66) kini tengah menjadi perhatian publik.

Hal tersebut karena pelawat legendari grup Srimulat ini dikabarkan meninggal dunia.

Eko Londo, meninggal dunia seusai koma 1 bulan akibat kecelakaan.

Bacaan Lainnya

Ekol Londo sempat menjalani perawatan medis selama sebulan.

Setelah mengalami kecelakaan, Eko Londo menderita luka yang cukup parah.

Eko Londo meninggal dunia sekitar pukul 06.00 WIB, Jumat (24/11/2023).

Jenazah telah dibawa ke rumah duka Jalan Kembang Kuning Kulon 2 No 21 A, Pakis, Sawahan, Surabaya, sekitar pukul 11.25 WIB.

Rencananya, jenazah Eko Londo akan disalatkan usai pelaksanaan Ibadah Salat Jumat di masjid setempat permukimannya.

Kemudian, sekitar pukul 15.00 WIB, atau setelah masuk ibadah Salat Asar, jenazah Eko Londo akan dikebumikan di TPU Kembang Kuning, Surabaya.

“Innalillahi wa innaillaihi roji’un.

Inggeh betul, Pak Eko Londo hari ini meninggal dunia setelah kecelakaan 1 bulan yang lalu,” ujar Lurah Pakis, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Novi Tri Hartatiningsih saat dihubungi, Jumat (24/11/2023).

Para pelayat terdiri dari tetangga, sahabat, cucu dan anak, tak terkecuali teman sesama seniman mulai berdatangan.

Bersamaan dengan datangnya para pelayat dan pentakziah, papan ucapan duka dari sejumlah sahabat dan pejabat publik mulai berdatangan untuk diletakkan di sepanjang jalan menuju rumah duka.

Anak pertama, Elok mengatakan, ayahandanya meninggal dunia, usai genap 30 hari dirawat akibat kecelakaan, sekitar pukul 06.00 WIB, Jumat (24/11/2023).

Sekitar empat hari sebelumnya, kondisi kesehatan sang ayahanda mulai menunjukkan tanda membaik.

Kelopak mata mulai terbuka dan mampu merespon rangsangan gerakan orang di sekitarnya.

Kemudian, beberapa anggota tubuh sang ayahanda mulai dapat digerakkan.

Meskipun, belum dapat berkomunikasi sama sekali.

“Membaiknya, bukan sadar.

Mata dan kakinya bisa gerak.

3-4 hari (membaik).

Habis itu drop terus sampai tadi pagi meninggal,” ujarnya di rumah duka.

Namun, entah apa penyebabnya, lanjut Elok, kondisi sang ayahanda pada Kamis (23/11/2023) kembali memburuk.

Terpantau, dari rekam medis yang diperoleh dari pihak kedokteran, ternyata tensi darah sang ayahanda berangsur-angsur menurun.

Ternyata, kondisi tersebut berlansung berjam-jam kemudian, hingga berganti hari.

Dan sekitar pukul 06.00 WIB, Jumat (24/11/2023), sang ayahanda, menghembuskan nafas terakhir.

“Tadi malam itu satu bulan sudah (setelah kejadian).

Meninggalnya jam 6 pagi.

Kondisi terakhir sempat baik, cuma habis itu, mulai tadi malam sudah drop.

Sampai darahnya turun.

Sampai tadi pagi gak ada,” pungkasnya.

Bahkan, cucu Eko Londo, mengaku sempat mengajak berkomunikasi secara singkat sang kakek, saat kondisinya mulai membaik beberapa hari sebelumnya.

“Kalau dipanggil bisa merespon.

Kung eko dipanggil, nendang nendang kakinya,” ujar gadis berkerudung merah itu.

Sementara itu, sahabat sesama seniman Heri Suryanto mengatakan, sejatinya Eko Londo memiliki ketahanan fisik yang kuat.

Tak pelak selama genap sebulan koma di rumah sakit, merupakan bukti kekuatan ketahanan tubuh Eko Londo melawan sakit yang dideritanya akibat kecelakaan tersebut.

“Cak Eko ini orangnya kuat, mulai pagi sudah drop.

lalu saya sempat panggil panggil ‘cak cak’.

anak-anaknya sudah jadi semua, cucunya 15, ada yang jadi marinir,” ujar Cak Suro panggilan akrabnya, yang pernah menjadi mantan Ketua Dewan Kesenian Surabaya itu, di depan rumah duka.

Diberitakan sebelumnya, Eko Londo mengalami kecelakaan di Jalan dr Soetomo.

Berdasarkan keterangan saksi, warga Kembang Kuning Kulon, Kecamatan Sawahan tersebut, tengah menaiki sepeda motornya yang berjenis matic bernopol L-6828-AXL, pada Kamis (26/10/2023).

“Saksi melihat korban melaju dari arah timur ke barat, setibanya di Jalan dr Soetomo korban kehilangan kendali sepeda motornya,” kata Kabid Darlog BPBD Surabaya, Buyung Hidayat , ketika dikonfirmasi melalui pesan.

Akibatnya, Eko Londo langsung terpental dari sepeda motor yang dikendarainya tersebut, hingga ke pedestrian.

Warga yang melihat hal itu langsung mendatanginya untuk memberikan pertolongan.

“Korban mendapatkan pengecekan dan penanangan di lokasi oleh rekan-rekan PMI (Palang Merah Indonesia).

Korban menglami luka robek di muka atau pipi kanan dan lecet di bahu, kondisinya tidak sadar,” jelasnya.

Kemudian, petugas membawa Eko Londo ke RSUD dr Soetomo agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Seorang sahabat bernama Heri Suryono alias Cak Suro menjelaskan, Eko Londo mengalami tak sadarkan diri pasca kecelakaan.

“Sampai sekarang koma di ICU (RSUD dr Soetomo),” kata Cak Suro, dikutip dari Kompas.com.

Akibat kecelakaan tersebut, kata Cak Suro, satu tulang yang ada di leher bagian belakang Eko Londo mengalami kerusakan.

“Pas dibawa ke rumah sakit itu sudah enggak sadar.

Saya tanya, katanya, tulang yang paling tinggi di leher dan nempel ke kepala itu ada dua tulang, ada satu rusak parah,” jelasnya.

Cak Suro mengungkapkan, setelah mendapatkan perawatan, kondisi kesehatan Eko Londo sendiri sudah semakin stabil.

Namun, temannya tersebut hingga kini belum sadarkan diri.

“Sekarang sudah dikasih selang (alat bantu pernafasan).

Terus sekarang nafasnya juga sudah normal, tapi belum sadar, masih koma,” ujar dia.

Cak Suro pun berharap masyarakat agar ikut membantu mendoakan kesembuhan sahabatnya tersebut.

Sebab, Eko Londo merupakan pelawak yang memiliki ciri khas Surabaya yang kuat.

“Saya minta doa supaya Cak Eko Londo diberi kesadaran lagi, diberi kesembuhan.

Ketika Cak Eko Londo ada masalah dengan kesehatan seperti ini, saya merasa kebingungan sekali,” ucapnya.

Lantas, seperti apakah sosok Edo Londo yang meninggal dunia akibat kecelakaan?

Biodata Eko Londo

Eko Londo lahir di Surabaya pada Agustus 1957 silam.

Pria berusia 66 tahun ini dikenal sebagai pelawan yang tergabung dalam grup Srimulat.

Pria berdarah Belanda ini sejak kecil tergila-gila pada Srimulat.

Bahkan, ketika ada pentas Srimulat, ia akan merengek minta diantar melihat.

Ternyata rasa cinta itu berlanjut hingga ia dewasa.

Tahun 1980-an, Eko pun memberanikan diri melamar menjadi anggota Srimulat

Saat itu Srimulat sudah mulai disebut-sebut sebagai grup lawak paling tenar, tetapi masih terbatas pentas di Surabaya dan Jawa Timur saja dan belum melebarkan sayapnya ke Solo, Semarang, maupun Jakarta.

Pada saat itu Teguh (pendiri Srimulat) menolaknya dengan halus karena pada saat itu pelawak Srimulat terkenal dengan wajahnya yang kurang ganteng semua.

Hal ini disebabkan meskipun asli Surabaya, Eko memang mempunyai darah Belanda.

Ibunya, Andreana Helena Kohen, adalah nonik Belanda, putri seorang tentara kolonial yang bertugas di Surabaya.

Eko sudah pernah ikut main ludruk bersama Jalal (pelawak) dan juga dengan Cak Tohir yang membentuk Ludruk Gelora 10 November.

Tapi karena sangat inginnya ia bergabung dengan Srimulat, ia tak kekurangan akal. Ia terus main ludruk dari satu pentas ke pentas lain.

Selain itu kelucuannya ia juga muncul di panggung, mulai acara Agustusan di kampung-kampung hingga ke restoran mewah maupun hotel atas inisiatif pengusaha maupun pejabat.

Di situlah nama Eko mulai dikenal.

Dia pun sedikit memberi embel-embel namanya dengan sebutan Eko Handai Taulan Hawai Five O John Aloha.

Julukan itu muncul begitu saja. Khusus yang Aloha, karena ia sering diminta pentas di Restoran Aloha.

Namun lagi-lagi pria yang kini suka pakai udheng itu belum puas, meski sudah mulai dikenal.

Ia tetap ingin gabung dengan Srimulat.

Dia pun terus belajar dan mendekati para anggota Srimulat, sampai pada akhirnya pada 1984 ia diterima.

Begitu bergabung, ayah enam anak dan kakek empat cucu tersebut mendapat permintaan pentas yang terus mengalir bak air bah.

Nyaris tak ada hari tanpa ada orang atau instansi yang memakai jasanya.

Karena mulai kebanjiran order, Srimulat pun menggagas ekspansi gedung ke Solo, Semarang, dan Jakarta.

Sebelum 1989 Eko lebih banyak melawak lewat TVRI.

Karena nama julukannya terlalu panjang, maka orang TVRI pun memberinya julukan baru: Eko Tralala.

Sumber : TribunJatim.com.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *