Suara Muda dari Ambon: Ruang Cerdas Sekolah Garuda Tanamkan Semangat Digital dan Kebangsaan

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid Saat acara Indonesia GOID Goes to Campus di Plaza Presisi, Ambon, Maluku, Rabu (8/10/2025). (Foto: Kemkomdigi)

AMBON, SUARAPANCASILA.ID -— Di tengah udara teduh sore hari di Plaza Presisi Polda Maluku, ratusan mahasiswa, guru, dosen, dan ASN dari berbagai universitas di Ambon tampak menyimak dengan antusias. Layar besar menampilkan tajuk besar: “Suara Muda, Ruang Cerdas, untuk Indonesia Kuat.” Di sinilah, semangat Sekolah Unggul Garuda berpadu dengan energi digital anak muda Indonesia Timur.

Suasana cair dan penuh tawa muncul ketika Deddy Dahlan, praktisi MBTI sekaligus CEO Mitologi Inspira Training, saat menjadi narasumber pada sesi interaktifnya. Dengan gaya khas, ia mengajak peserta memahami bahwa komunikasi bukan sekadar kata, melainkan juga bahasa tubuh, ekspresi, dan empati. “Kacamata saja bisa jadi alat komunikasi,” ujarnya disambut tawa peserta.

Namun di balik candaan itu terselip pesan serius bahwa generasi muda perlu memahami makna komunikasi yang beretika dan membangun. “Dunia digital menuntut kita bukan hanya pintar bicara, tapi juga bijak bersuara,” tegasnya.

Bacaan Lainnya

Semangat para peserta semakin senang ketika saat sesi seminar tiba-tiba kedatangan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid ke ruang Aula Plaza Presisi Polda Maluku, saat masuk ruangan Menkomdigi disambut dengan musik dan tari-tarian tradisional Maluku yang di peragakan olah Siswa-siswi SMA di Ambon, yel-yel penyambutan di gaungkan manambah semangat peserta yang hadir.

Dalam sesi interakidengan peserta, Menkomdigi Meutya Hafid menegaskan bahwa program Sekolah Unggulan Garuda merupakan langkah strategis pemerintah dalam membangun sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter, khususnya di wilayah timur Indonesia. Pernyataan itu disampaikan hadir pada acara bertajuk Indonesia GOID Goes to Campus: “Suara Muda, Ruang Cerdas, Untuk Indonesia kuat” di Ambon, Maluku, Rabu (8/10/2025).

Program ini merupakan bagian dari jaringan transformasi pendidikan nasional yang diinisiasi langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, dengan target pembentukan 100 sekolah unggulan Garuda di seluruh Indonesia hingga 2029. “Khusus di Maluku, sekolah Siwalima menjadi salah satu dari 16 sekolah unggulan yang diluncurkan secara bersamaan hari ini. Ini kebanggaan, karena sekolah ini akan menjadi simbol kemajuan pendidikan di kawasan timur,” ujar Meutya Hafid.

Menteri Meutya menekankan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter, disiplin, dan jiwa kepemimpinan. “Pemerintah ingin membentuk anak-anak bangsa yang tidak hanya pintar, tapi juga tangguh dan berkarakter. Karena seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya pintar, tapi harus punya nilai-nilai moral dan integritas,” tegasnya.

Ia menilai Maluku memiliki keunggulan karakter alami yang kuat, karena masyarakatnya terbentuk dari budaya perjuangan dan ketangguhan. “Anak-anak di Maluku punya semangat luar biasa. Dari sejarah leluhur mereka, pelaut-pelaut tangguh hingga tarian adat yang mencerminkan perjuangan mempertahankan tanah dan identitas. Ini kekuatan yang harus kita rawat,” tambah Meutya Haifd.

Program Sekolah Garuda dikembangkan untuk memperluas akses pendidikan unggulan yang sebelumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa. Kini, pemerintah pusat turut mengambil peran dalam pendampingan langsung terhadap sekolah unggulan di daerah, termasuk dukungan kurikulum berbasis karakter dan teknologi digital. “Kalau dulu sekolah unggulan hanya dikelola oleh pemerintah daerah, sekarang pemerintah pusat ikut memastikan kualitasnya setara nasional. Kami ingin anak-anak dari Maluku juga bisa menembus pasar pendidikan global,” jelas Menkomdigi.

Transformasi Digital dan Ruang Publik Baru,

Sebelumnya saat sesi pembukaan Direktur Informasi Publik Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), Nursodik Gunarjo, memaparkan arah baru komunikasi publik pemerintah di era transformasi digital. “Transformasi digital bukan soal alat atau jaringan semata, tetapi tentang bagaimana pemerintah membuka ruang komunikasi yang lebih setara, partisipatif, dan transparan,” ujar Nursodik.

Ia menjelaskan bahwa portal resmi pemerintah indonesia.go.id kini berfungsi sebagai gerbang utama informasi pembangunan nasional dalam dua bahasa (Indonesia–Inggris). “Fitur dual language ini memungkinkan portal diakses oleh investor, jurnalis asing, dan diaspora Indonesia di seluruh dunia. Kami ingin menjadikan komunikasi publik pemerintah berstandar global, namun tetap mudah dipahami masyarakat dalam negeri,” katanya.

Setiap bulan, portal tersebut kini dikunjungi lebih dari tiga juta pengguna, menampilkan narasi positif, berita pembangunan, serta kebijakan publik yang diverifikasi langsung oleh kementerian dan lembaga negara.

Menurut Nursodik, mahasiswa dan komunitas digital memiliki peran penting menjaga ruang informasi agar tetap sehat. “Dulu masyarakat hanya penerima informasi. Sekarang, setiap individu bisa menjadi produsen konten publik. Tantangannya adalah bagaimana memastikan konten itu edukatif, faktual, dan membangun,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa literasi digital tidak hanya berarti mahir menggunakan gawai, tetapi juga berpikir kritis serta menjunjung etika komunikasi.

Ambon dan Asa Pendidikan Garuda

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura, Prof. Izaak H. Wenno, saat menjadi narasumber kedua menilai kehadiran Sekolah Unggul Garuda merupakan langkah strategis pemerintah dalam menyiapkan generasi muda Indonesia yang unggul secara akademik, karakter, dan literasi teknologi.

Ia menyebut, konsep sekolah unggul ini bukan untuk membeda-bedakan lembaga pendidikan, melainkan menghadirkan model pembelajaran yang terintegrasi dan berasrama (boarding school) dengan orientasi Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). “Pemerintah ingin menyiapkan generasi muda yang fokus pada pengembangan intelektualitas dan karakter. Sekolah ini seperti boarding school, tapi dengan sistem pembelajaran yang terintegrasi antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap,” jelasnya.

Profesor Wenno menekankan bahwa keunggulan Sekolah Garuda terletak pada pendekatan research-based curriculum yang mendorong peserta didik melakukan riset, pengamatan, dan pengukuran terhadap fenomena di sekitar mereka. Ia menilai, pendekatan ini selaras dengan arah pendidikan nasional yang menekankan meaningful learning pembelajaran yang berdampak dan berorientasi pada tindakan nyata (action knowledge). “Anak-anak tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi bagaimana mereka bisa meneliti, mengamati, dan mengukur. Dari situ mereka belajar berpikir kritis, kreatif, dan menghasilkan inovasi,” ujar Wenno.

Kurikulum Sekolah Garuda, lanjutnya, mengusung sistem hibrid dengan standar internasional yang mirip dengan International Baccalaureate (IB), namun tetap menyesuaikan konteks pendidikan nasional dan karakter wilayah. Hal ini sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Dukungan Pemerintah Kota Ambon

Semangat yang sama juga digaungka oleh Wakil Wali Kota Ambon, Ely Toisutta, yang menilai bahwa Sekolah Garuda merupakan momentum kebangkitan pendidikan berbasis minat dan bakat. “Kami berharap program ini membuat siswa belajar sesuai passion mereka. Tidak lagi terjebak pada banyaknya mata pelajaran, tapi fokus pada kompetensi unggul,” ujar Ely.

Sementara itu, Asisten Sekda Maluku Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Djalaludin Salampessy, menuturkan kisah inspiratif tentang pelaut-pelaut Maluku di masa lampau untuk membangkitkan semangat generasi muda. “Dulu pelaut kita berlayar menembus dunia. Kini anak-anak kita harus jadi pelaut digital, menaklukkan dunia dengan ilmu dan teknologi,” katanya penuh semangat.

Kampus sebagai Pusat Literasi Baru

Kegiatan Indonesia GOiD Goes to Campus di Ambon menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas digital. Ratusan peserta dari Universitas Pattimura, IAIN Ambon, Politeknik Negeri Ambon, hingga SMA di seluruh kota Ambon hadir dalam forum ini.

Bagi banyak mahasiswa, acara ini bukan sekadar seminar melainkan ruang belajar baru tentang bagaimana suara muda dapat menjadi bagian dari ekosistem komunikasi nasional. “Acara ini bikin kami sadar bahwa digital bukan cuma soal teknologi, tapi tentang bagaimana kita ikut membangun narasi positif tentang Indonesia,” ujar Rahma, mahasiswi semester lima Universitas Pattimura

Melalui program Sekolah Unggul Garuda, pemerintah ingin menanamkan nilai dari Asta Cita, terutama pada peningkatan kualitas SDM dan pemerataan pembangunan di wilayah timur Indonesia.

Dari Plaza Presisi Ambon, gema semangat itu terdengar jelas suara muda yang tidak hanya melek digital, tetapi juga mencintai bangsanya. (*)

 

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *