Pelaihari(KALSEL),SUARA PANCASILA. ID, Kamis malam (20/6/2025) — Di bawah langit yang teduh dan angin malam yang mengalir lembut di Ruang Terbuka Hijau 0 Km Pelaihari, semangat perlawanan terhadap narkoba digaungkan dengan lantang. Kabupaten Tanah Laut memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2025 dengan cara yang tidak biasa—penuh makna, menyentuh nurani, dan menyulut asa kolektif menuju Indonesia Emas 2045.
Mengusung tema “Memutus Rantai Peredaran Gelap Narkoba melalui Pencegahan, Rehabilitasi, dan Pemberantasan Menuju Indonesia Emas 2045”, peringatan HANI di Tanah Laut tidak sekadar seremoni. Ia menjadi panggung refleksi sekaligus seruan untuk bertindak. Sebuah titik balik bagi daerah yang menolak tunduk pada kenyataan suram yang ditawarkan narkotika.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Tanah Laut, Ferey Hidayat, tampil tidak hanya sebagai pemimpin institusi, tapi juga sebagai suara kegelisahan yang mewakili keresahan publik. Dalam sambutannya, Ferey mengungkapkan angka yang menggetarkan hati: 530 kasus narkoba dan 625 tersangka ditangani dari 2021 hingga 2025. Angka yang disebutnya “baru permukaan gunung es.”
“Narkoba itu bukan hanya merusak tubuh dan pikiran. Ia menghancurkan keluarga, merusak tatanan sosial, dan mengikis masa depan bangsa kita,” tegas Ferey.
Tapi angka bukanlah satu-satunya senjata dalam perang ini. BNNK Tanah Laut terus memelopori langkah preventif dan rehabilitatif. Sosialisasi dilakukan lintas lini—dari sekolah hingga perusahaan, dari kantor pemerintah hingga masyarakat umum. Bahkan, layanan rehabilitasi rawat jalan kini bisa diakses secara gratis. Selama tahun 2025 saja, 48 orang telah menjalani program rehabilitasi di Klinik BNNK Tanah Laut.
Ferey juga menyinggung keberhasilan besar BNN RI dalam menggagalkan peredaran dua ton narkoba. Bagi Ferey, itu bukan sekadar keberhasilan lembaga, tapi peringatan keras akan ancaman yang terus mengintai.
“Perang ini hanya bisa dimenangkan jika kita bergerak bersama. Ini bukan hanya tugas aparat, ini tugas kita semua,” serunya.
Nada yang sama ditegaskan oleh Wakil Bupati Tanah Laut, H. M. Zazuli, yang mewakili sambutan Bupati. Di hadapan para hadirin, Zazuli menegaskan bahwa komitmen pemerintah daerah tidak boleh setengah hati. Ia menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mendukung Program Indonesia Bersinar (Bersih Narkoba).
“Narkoba adalah musuh nyata. Ia merusak secara sistemik. Karena itu, kita tidak bisa melawannya hanya dengan penindakan hukum. Harus ada pendekatan menyeluruh: edukasi, rehabilitasi, dan pemberdayaan,” ucap Zazuli dengan lantang.
Seruannya pun menggema malam itu, mengajak semua pihak—terutama generasi muda—untuk menjadi garda terdepan.
“Jangan biarkan masa depan kita dirampas. Mari kita jaga anak-anak kita, saudara-saudara kita. Tanah Laut harus bersinar. Indonesia harus bebas dari narkoba,” tegasnya, menutup sambutan dengan optimisme.
Tidak hanya orasi dan data yang mewarnai malam HANI 2025. Suasana diliputi kebersamaan ketika pemenang lomba desain poster anti-narkoba diumumkan, penghargaan diberikan kepada desa-desa yang aktif dalam program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba), dan ditutup dengan pertunjukan seni Mamanda bertajuk “Durjana dalam Selimut”. Sebuah pertunjukan yang secara simbolik menyentil realitas: bahwa ancaman narkoba sering kali bersembunyi dalam keseharian kita, di balik selimut yang tampak aman.
Malam itu, Tanah Laut bukan hanya memperingati sebuah hari internasional. Ia menunjukkan jati diri. Bahwa sebuah daerah bisa menjadi benteng, bisa menjadi titik terang dalam peta perlawanan terhadap narkoba. Bukan karena tidak punya masalah, tapi karena memilih untuk tidak tinggal diam.
Seperti api yang mulai dinyalakan dari tengah kota, semangat ini diharapkan menjalar ke seluruh pelosok Tanah Laut. Menuju satu cita: Indonesia Emas 2045 yang benar-benar bebas dari jerat narkotika. (suarapancasila.id-foto:istimewa/Diskominfostasan Tala)