PURWOKERTO (JATENG), SUARAPANCASILA.ID – Pada akhir Januari 2025 kemarin, Komisi III DPRD Banyumas melakukan kunjungan ke TPST TPA BLE di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor
Rombongan yang dipimpin Ketua Komisi III, Samsudin Tirta tersebut mengatakan ada kendala yang saat ini dialami TPA BLE, yakni kekurangan sarana dan prasarana. Sehingga untuk mendukung optimalisasi pengolahan sisa sampah yang menghasilkan di APBD 2025, Komisi III sudah menganggarkan tambahan Rp 1 miliar untuk membangun gudang penyimpanan bahan baku RDF.
Selain gudang dan sarpras, Komisi III menilai problem lainnya adalah peralatan yang dibutuhkan TPA BLE, seperti alat sampah untuk mengurangi kadar air yang tinggi, alat pencacah maupun alat pengangkut dan kendaraan trasportasi.
Sementara itu, menurut Kepala UPT TPST BLE Edi Nugroho mengatakan, pendapatan yang baru bisa disumbang dari TPA BLE sekitar Rp 200 juta dari produk RDF yang dijual melalui pihak ketiga ke pabrik semen di Cilacap.
,”Sementara ini kita kan baru mendapat restribusi dari pihak ketiga yang mengambil ke BLE, terus mereka jual ke pabrik semen di Cilacap. Tahun 2024 kemarin pemasukan ke PAD baru sekitar Rp 200 juta karena baru mampu mengolah maksimal 20 ton,” katanya, Kamis (6/2/2025)
“Kalau mau meningkatkan, ya harus menambah mesin dan gudang. Makanya kami menyampaikan ke Komisi III DPRD untuk diperjuangkan bisa menambah peralatan yang dibutuhkan, salah satunya mesin berkapasitas minimal 10 ton per jam,” imbuhnya
Tahun 2024, katanya, baru mampu mengolah maksimal 20 ton per hari, karena keterbatasan alat. pada tahun 2025 ini jika ada tambahan peralatan bisa mengolaj 40-50 tom per hari.
Dengan pabrik semen di Cilacap targetnya 60 ton per hari. Sementara untuk pabrik Semen Bima Ajibarang, mulai Juni-Juli minta dipasok minimal 100 ton per hari
Untuk produk biomasa, kata dia, baru proses awal produksi. Bupati sudah melakukan MoU dengan PLTU Cilacap. Uji coba pengiriman 100 ton sudah dilakukan, namun untuk harga baru akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama bulan Februari-Maret.
Terkait penambahan mesin berkapasitas besar, pihaknya sembari memantau di sejumlah kota besar yang sedang mencoba mesin berkapasitas besar 50 -100ton.
“Kita mau lihat dulu berhasil atau tidak. Kalo mesin yang 100 ton sering perbaikan, ya sama saja,” ujarnya.