Wabup HM Zazuli Buka MQK VIII, Santri Tanah Laut Jaga Tradisi Keilmuan

Pelaihari(KALSEL), SUARA PANCASILA.ID — Sore itu, halaman Pondok Pesantren Asy-Syuhada Pelaihari dipenuhi semangat para santri yang datang dari berbagai penjuru Tanah Laut. Mereka bukan sekadar peserta lomba, tapi pewaris tradisi keilmuan yang telah hidup ratusan tahun di pesantren-pesantren Nusantara. Di hadapan mereka, Wakil Bupati Tanah Laut HM Zazuli berdiri membuka secara resmi Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-VIII Tingkat Kabupaten Tanah Laut Tahun 2025, Jumat (10/10/2025).

Sebanyak 540 santri dari 19 pondok pesantren turut ambil bagian dalam ajang tahunan yang menjadi kebanggaan dunia pesantren ini. Suasana penuh khidmat berpadu dengan semangat kompetisi, menandai awal dari kegiatan yang akan berlangsung selama 10–12 Oktober 2025.

Ketua FKPP Tanah Laut, Arif Rahman Billah, dalam laporannya menyampaikan bahwa MQK adalah ajang bagi para santri untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam membaca, memahami, dan mengkaji kitab kuning atau turats—kitab klasik yang menjadi fondasi keilmuan Islam tradisional.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, ada delapan cabang utama yang diperlombakan, meliputi tauhid, fikih, akhlak, nahwu, tafsir, serta debat bahasa Arab dan Inggris.

Di sela sambutannya, HM Zazuli menegaskan pentingnya menjaga napas keilmuan pesantren di tengah derasnya arus modernitas.

“Tradisi keilmuan pesantren merupakan warisan penting dari generasi salafus salih yang harus terus dilestarikan. MQK adalah wadah strategis untuk menguji dan mengembangkan kemampuan santri dalam memahami khazanah keilmuan Islam,” tutur HM Zazuli saat membacakan sambutan Bupati Tanah Laut H. Rahmat Trianto.

Ia menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memberikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan MQK ini, sebagai wujud nyata komitmen daerah dalam menjaga eksistensi pesantren di era modern.

“Kompetisi yang sehat akan melahirkan prestasi gemilang dan meningkatkan kualitas pendidikan pondok pesantren,” ucapnya.

Tak lupa, HM Zazuli juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para pengasuh pondok pesantren, dewan juri, dan panitia pelaksana yang telah bekerja keras menyukseskan kegiatan tersebut. Ia berharap MQK ke-VIII bukan hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan akhlak bagi generasi muda pesantren.

Ia berharap MQK ke-VIII dapat melahirkan generasi santri berilmu, berakhlak mulia, serta siap menjadi kader ulama dan tokoh masyarakat masa depan.

Dengan semangat yang terpancar dari wajah para santri, MQK VIII Tanah Laut bukan hanya tentang siapa yang terbaik dalam membaca kitab kuning. Ia adalah tentang melestarikan ilmu, menjaga warisan, dan meneguhkan jati diri pesantren di tengah perubahan zaman.(suarapancasila.id-foto:ist/mctala)

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *