Wamenkomdigi: AI tidak Bisa Gantikan Jurnalisme Berkualitas

JAKARTA, SUARAPANCASILA.ID — Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menegaskan bahwa jurnalisme berkualitas tidak akan pernah bisa digantikan oleh mesin.

Menurutnya, di tengah pesatnya penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di ruang redaksi, kemampuan berpikir kritis, etika, dan empati manusia menjadi benteng terakhir untuk menjaga kualitas informasi publik. “Good journalism itu diramu oleh tiga elemen penting, yaitu critical thinking, skill, dan ethics. Kalau kemampuan berpikir kritis ini tergerus oleh penggunaan AI, itu bahaya serius bagi jurnalisme berkualitas,” ujar Nezar saat berbicara dalam Local Media Summit 2025 di Hotel JW Marriott, Jakarta Selatan, pada Selasa (7/10/2025).

Nezar Patria menyoroti hasil riset Thomson Reuters Foundation bertajuk Journalism in the AI Era yang menunjukkan 80 persen media di negara berkembang telah menggunakan fitur AI dalam pekerjaan sehari-hari, namun hanya 13 persen yang memiliki panduan resmi penggunaannya. “Artinya, mayoritas newsroom di dunia belum punya kebijakan yang jelas. Kurangnya transparansi dalam membedakan konten yang dihasilkan manusia dengan mesin bisa menggerus kepercayaan publik terhadap pers,” jelasnya.

Bacaan Lainnya

Ia mengapresiasi langkah Dewan Pers yang pada awal 2025 telah menerbitkan Peraturan tentang Pedoman Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Karya Jurnalistik. Regulasi ini mengatur penggunaan AI secara transparan, etis, dan bertanggung jawab, termasuk mekanisme penyelesaian sengketa atas konten berbasis AI.

Lebih lanjut, Nezar menjelaskan bahwa Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) tengah memfinalisasi dua dokumen strategis, yakni Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional dan kebijakan keamanan serta keselamatan penggunaan AI, yang akan ditetapkan melalui Peraturan Presiden. “AI harus diperlakukan sebagai mitra, bukan pengganti manusia. Kita harus AI-aware — sadar bahwa kita menggunakan AI, tapi tetap mampu mengambil jarak. Jangan sampai kita diatur oleh AI,” tegasnya.

Wamen Nezar juga mengingatkan kembali esensi profesi jurnalistik yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. “Mesin tidak punya nurani, empati, dan pengalaman hidup. Kualitas manusialah yang memungkinkan kita memahami konteks yang kompleks, merasakan dampak sebuah cerita, dan menjaga loyalitas mutlak kepada publik,” pungkas Wamenkomdigi.

Kehadiran AI, menurutnya, harus dimanfaatkan untuk memperkuat kualitas jurnalisme, bukan melemahkannya. Sinergi antara teknologi dan nilai kemanusiaan menjadi kunci menjaga kepercayaan publik terhadap media di era digital.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *