WHO Warning Kasus Campak Naik 30 Kali Lipat, RI Aman?

Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belakangan memberi warning terkait penyakit campak yang meningkat bahkan sampai 30 kali lipat di seluruh negara Eropa. Hal ini dinilai mengkhawatirkan.
Tren peningkatan tercatat dalam beberapa bulan terakhir. Lebih dari 30 ribu kasus dilaporkan antara Januari dan Oktober tahun lalu, dibandingkan dengan 941 kasus sepanjang tahun 2022.

“Dua dari lima kasus terjadi pada anak-anak berusia antara satu dan empat tahun. Satu dari lima terjadi pada orang berusia 20 tahun ke atas. Tren ini diperkirakan akan memburuk jika masyarakat tidak memvaksinasi anak-anak mereka untuk melawan penyakit ini,” kata WHO, dikutip dari The Guardian.

Peringatan tersebut muncul hanya beberapa hari setelah Inggris mengumumkan insiden nasional di tengah lonjakan kasus campak, dan meluncurkan kampanye untuk mendorong orang tua agar mendapatkan vaksin campak, hingga rubella (MMR) untuk anak-anak mereka.

Bacaan Lainnya

“Kami telah melihat di kawasan ini tidak hanya peningkatan kasus campak sebesar 30 kali lipat, tetapi juga hampir 21.000 rawat inap dan lima kematian terkait campak (dilaporkan di dua negara),” beber Dr Hans Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa.

“Vaksinasi adalah satu-satunya cara untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang berpotensi berbahaya ini. Upaya vaksinasi yang mendesak diperlukan untuk menghentikan penularan dan mencegah

penyebaran lebih lanjut,” sambung dia.

Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, cacat seumur hidup, dan kematian. Penyakit ini dapat mempengaruhi paru-paru dan otak serta menyebabkan pneumonia, meningitis, kebutaan, dan kejang.

“Sangat penting bagi semua negara untuk bersiap melakukan deteksi dini dan respons tepat waktu terhadap wabah campak, yang dapat membahayakan kemajuan dalam eliminasi campak,” tambah Kluge.

WHO mengatakan bahwa penurunan tingkat vaksinasi adalah penyebab kasus campak meroket. Pemicu lainnya dilatarbelakangi semakin banyak orang yang bepergian ke luar negeri pasca pembatasan COVID-19, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit lintas batas dan penyebarannya di dalam komunitas.

WHO wilayah Eropa terdiri dari 53 negara, termasuk Rusia dan beberapa negara di Asia Tengah. Rusia dan Kazakhstan merupakan negara terburuk dengan masing-masing 10.000 kasus. Di Eropa Barat, Inggris memiliki kasus terbanyak, yaitu 183 kasus.

Tingkat vaksinasi dosis pertama vaksin MMR, yang melindungi terhadap campak, turun dari 96 persen pada 2019 menjadi 93 persen pada 2022 di seluruh Eropa. Vaksinasi dosis kedua turun dari 92 persen menjadi 91 persen pada periode yang sama.

Sekitar 1,8 juta bayi di wilayah WHO di Eropa tidak menerima vaksinasi campak antara tahun 2020 dan 2022.

Tingkat vaksinasi campak telah menurun di seluruh dunia.

Pada 2022, 83 persen anak-anak menerima vaksin campak pertama pada tahun pertama kehidupan mereka, naik dari cakupan 81 persen pada 2021, tetapi turun dari 86 persen sebelum pandemi.

RI Aman?

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menekankan hingga saat ini Indonesia tidak melaporkan tren serupa.

“Sampai saat ini belum ada peningkatan kasus campak yang dilaporkan,” tutur dia saat dikonfirmasi detikcom Sabtu (27/1/2024).

Naf/naf

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *