Ditengah Arus Sawit, Petani Karet Tanah Laut Bertahan dan Berharap Perhatian Pemerintah

TANAHLAUT (KALSEL), SUARAPANCASILA.ID – Angin perubahan berembus kencang di pedesaan Tanah Laut. Banyak petani yang selama bertahun-tahun hidup dari karet kini mulai beralih ke kelapa sawit. Harga karet yang tidak stabil serta biaya produksi yang kian menekan membuat banyak petani merasa pohon-pohon karet mereka tak lagi menjanjikan. Namun, di tengah gelombang ini, beberapa petani memilih bertahan, seperti Madi, petani karet asal Desa Telaga.

Bagi Madi, karet bukan sekadar komoditas; ada harapan dan warisan keluarga yang tertanam di sana. Meskipun harga lateks saat ini hanya berkisar antara 11 hingga 12 ribu rupiah per kilogram, ia tetap berharap bisa naik hingga 15 ribu rupiah per kilogram di akhir tahun. “Kalau harganya bisa naik, kehidupan kami, petani karet, bisa sedikit lebih tenang. Tapi kami butuh dukungan lebih dari pemerintah,” ungkapnya dengan nada optimis.

Madi merasa, perhatian pemerintah yang berkelanjutan dapat menjadi angin segar bagi para petani karet. Harapannya sederhana: kegiatan edukasi bagi para petani karet, terutama terkait teknik budidaya yang dapat meningkatkan kualitas lateks. Tak hanya itu, Madi juga meminta agar pupuk bisa tersedia dengan harga yang lebih terjangkau. “Kami butuh bimbingan agar hasil kebun maksimal, dan kelak petani-petani karet bisa sejahtera,” tambahnya.

Bacaan Lainnya

Senada dengan Madi, Fahri, petani karet dari Desa Tetangga, juga menekankan pentingnya edukasi dan penyuluhan bagi para petani karet. Baginya, banyak hal yang harus dipelajari agar produktivitas karet meningkat, terutama di tengah modernisasi yang sedang berlangsung. “Di era sekarang, sangat sedikit generasi muda yang berminat terjun ke sektor pertanian, apalagi karet. Kalau ada pelatihan-pelatihan yang menarik bagi anak muda, mungkin minat mereka bisa tumbuh,” kata Fahri.

Di tengah derasnya peralihan ke kelapa sawit, kisah Madi dan Fahri mencerminkan perlawanan dalam senyap: mereka yang masih setia menekuni kebun karet dan bertahan di tengah derasnya godaan profit kelapa sawit.

Dalam bayangan mereka, sebuah kelompok tani yang solid, tempat bertukar ilmu dan saling menguatkan, bisa menjadi oase di tengah kelesuan industri karet. Harapan itu adalah gambaran wajah-wajah petani yang tak ingin menyerah; mereka berharap dukungan agar karet bisa kembali berjaya dan menjadi sumber kehidupan yang menjanjikan.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *