Kepiting Purba ini Punya Peran dalam Pembuatan Vaksin & Obat Manusia

Kepiting adalah salah satu hewan laut yang digemari oleh sebagian besar orang karena dapat diolah menjadi makanan laut (seafood) yang lezat. Namun, ternyata ada kepiting purba yang sangat berperan besar dalam ilmu kesehatan yang menyelamatkan manusia, yakni pembuatan vaksin dan obat.
Beberapa waktu belakangan ini, warganet X (sebelumnya Twitter) diramaikan oleh keberadaan kepiting tapal kuda. Bukan tanpa alasan, kepiting ini ramai karena memiliki darah berwarna biru dan dibanderol dengan harga yang mahal.

Selain memiliki darah berwarna biru, kepiting yang juga disebut sebagai Horseshoe Crab ini merupakan fosil hidup yang sudah ada sejak 450 juta tahun yang lalu dan selamat dari zaman es. Menurut laporan Business Insider, satu galon darah kepiting tapal kuda memang dibanderol sangat mahal, yakni US$60 ribu atau sekitar Rp944,19 juta (asumsi kurs Rp15.736/US$).

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, kepiting yang memiliki darah berwarna biru berkat kandungan pigmen pernapasan berbasis tembaga atau hemosianin ini memiliki jasa yang sangat besar dalam pembuatan vaksin dan obat-obatan yang dapat menyelamatkan manusia.

Bacaan Lainnya

Menurut laman resmi Natural History Museum, darah biru yang terkandung di dalam kepiting tapal kuda mengandung sel kekebalan dan sangat sensitif terhadap bakteri beracun.

“Ketika sel-sel tersebut bertemu dengan bakteri yang menyerang, mereka menggumpal di sekitarnya dan melindungi seluruh tubuh kepiting tapal kuda dari racun,” tulis Natural History Museum, dikutip Rabu (6/3/2024).

Saat ini, para ilmuwan menggunakan sel darah kepiting tapal kuda untuk mengembangkan tes Limulus Amebosit Lisat (LAL) yang memeriksa kontaminasi pada vaksin baru. Selain itu, LAL ini juga digunakan untuk mendeteksi patogen dalam obat-obatan yang sangat diperlukan seperti antibiotik suntik. Hal inilah yang membuat kepiting tapal kuda berjasa dalam membantu kehidupan manusia.

Dilaporkan, lebih dari 100 vaksin sedang diuji oleh para ahli. Di sejumlah negara dunia, para peneliti mengandalkan darah kepiting tapal kuda dalam tes penting tersebut.

Tidak hanya untuk menguji vaksin, PBS NewsHour melaporkan bahwa darah biru kepiting ini kerap dipanen dan digunakan para peneliti medis dan pembuat obat serta perangkat medis untuk menguji kotoran berbahaya dalam vaksin, prostetik, dan obat-obatan intravena.

Sebagai catatan, kepiting tapal kuda terbagi atas empat spesies. Tiga di antaranya, yakni kepiting tapal kuda tiga tulang belakang (Tachypleus tridentatus), kepiting tapal kuda pesisir (Tachypleus gigas) dan kepiting tapal kuda bakau (Carcinoscorpius rotundicauda) tinggal di Asia, yaitu di sekitar pantai India, Vietnam, China, Kalimantan, dan Jepang bagian selatan.

Selain bermanfaat bagi manusia, kepiting tapal kuda juga bermanfaat bagi hewan lain di sekitar mereka. Menurut para ahli, telur kepiting tapal kuda adalah “camilan yang bergizi” bagi burung-burung yang bermigrasi.

“‘Kepiting tapal kuda merupakan penghubung penting bagi keanekaragaman hayati pesisir. Salah satu fungsi ekologisnya adalah menghasilkan jutaan telur di pantai untuk memberi makan burung pantai, ikan, dan satwa liar lainnya,” tulis International Union for Conservation of Nature (IUCN).

“Cangkang kerasnya yang besar berfungsi sebagai habitat mikro bagi banyak spesies lain, seperti spons, kepiting bakau, remis, dan siput,” lanjut IUCN.

Meskipun sering dikembalikan ke pantai setelah darahnya dipanen, hidup berdampingan dengan manusia bisa menjadi sulit bagi kepiting tapal kuda. Selain beberapa mati karena pendarahan, mereka sering digunakan sebagai umpan memancing.

Bahkan, kepiting tapal kuda di Asia menjadi salah satu korban dari dampak buruk polusi, naiknya permukaan air laut, dan pekerjaan bangunan.

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *