Membangunkan Aset Tidur: Optimalisasi dan Produktivitas Aset Pemerintah Daerah Tanah Laut

Aset yang tidur bukan sekadar angka dalam laporan, tapi potensi yang menunggu untuk dihidupkan.

PELAIHARI (KALSEL), SUARA PANCASILA.ID – Kabupaten Tanah Laut bukan kekurangan aset. Yang kurang adalah keberanian untuk membangunkannya dari tidur panjang. Padahal, setiap jengkal dari aset tersebut menyimpan harapan. Menyimpan masa depan untuk kemajuan Kabupaten Tanah Laut.

“Saya melihat beberapa aset kita dibiarkan rusak, tidak digunakan dengan baik. Padahal dari konsep awal itu sudah bagus. Tapi kalau tidak dirawat, ya akhirnya mubazir,” tegas Wakil Bupati Tanah Laut, H. Zazuli, dalam pernyataannya yang dimuat suarapancasila.id pada 9 April 2025.

Bacaan Lainnya

Zazuli menyoroti salah satu contoh paling nyata—proyek-proyek wisata daerah yang seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Tapi yang terjadi justru sebaliknya: tak terurus, kehilangan daya tarik, dan tercecer dari prioritas pembangunan. Ia pun menekankan pentingnya komunikasi lintas instansi dan kolaborasi agar aset-aset yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal demi kesejahteraan masyarakat.

Dan ternyata, bukan hanya pemerintah yang menyadari potensi ini. Di Desa Kayu Abang, Kecamatan Tambang Ulang, cerita perubahan datang dari dua tokoh Tanah Laut : Hasnani Isma A. Kutai dan Ustad Zainal Abidin, S.Ag.

“Sebuah bangunan dan lahan yang dulunya aset transmigrasi era Presiden Soeharto, nyaris lenyap ditelan waktu. Semak belukar menyelimuti, dan bangunan tua menyimpan keheningan,” tutur Hasnani dalam wawancara via telepon (12/4/2025). “Tapi kami tidak melihat kehancuran, kami melihat peluang.”

Pada awal tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19 melanda, keduanya memutuskan untuk membangkitkan aset tersebut. Hasilnya bukan hanya bangunan yang berdiri kembali, tapi juga kehidupan yang tumbuh. Pada Januari 2020, lahan itu resmi menjadi Pondok Pesantren Riyadhus Sholihin—sebuah lembaga pendidikan yang kini aktif dan memberdayakan warga sekitar. Cerita ini bukan dongeng. Ini adalah bukti nyata bahwa aset tidur bisa dibangunkan, jika ada niat dan keberanian.

“Optimalisasi aset pemerintah bukan hanya soal membenahi bangunan. Ia lebih dari itu—ia adalah strategi partisipatif yang menghidupkan ekonomi, menyerap tenaga kerja, dan membuka jalan agar masyarakat menjadi pelaku, bukan hanya penonton pembangunan. Ketika satu aset dimanfaatkan dengan benar, pemuda desa tidak lagi harus merantau. Mereka bisa tumbuh dan hidup di tanah kelahirannya sendiri” Ujar Hasnani

“Manfaat lain? Efisiensi anggaran. Aset terbengkalai membutuhkan biaya pemeliharaan yang terus menguras APBD. Padahal, jika dikelola lewat skema kerja sama dengan pihak ketiga yang punya visi sosial dan komitmen profesional, aset bisa menjadi sumber pemasukan daerah—bukan sekadar catatan pasif di laporan tahunan” Lanjut Hasnani penuh optimis

Namun, kita juga harus jujur. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki keterbatasan. Baik dari segi anggaran maupun tenaga profesional. Tapi justru di sanalah ruang kolaborasi terbuka lebar.

“Kami ingin masyarakat menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penonton,” ungkap Tokoh Tanah Laut tersebut, yang biasa dipanggil Pak Hasnani atau Isma

Dalam pola pikir baru ini, pemerintah bukan lagi satu-satunya aktor. Ia menjadi fasilitator. Yang membuka ruang partisipasi, mengarahkan potensi, dan memastikan setiap langkah membawa manfaat.

Lalu, bagaimana langkah konkretnya?

Tokoh Tanah Laut ini memaparkan ;

“Dimulai dari pemetaan aset secara menyeluruh. Dibentuk tim lintas sektor yang khusus mengidentifikasi aset tak termanfaatkan. Setelah itu, pendekatan berbasis komunitas perlu dijalankan: kerja sama dengan organisasi lokal, pelatihan pengelolaan aset, serta pembukaan jalur legal seperti skema sewa guna dan atau bagi hasil” pungkasnya.

Lebih lanjut ia menambahkan Dengan regulasi yang transparan dan kontrol publik yang kuat, aset pemerintah bisa menjadi ruang hidup baru bagi masyarakat. Sebuah wajah baru pembangunan daerah yang lebih partisipatif, adil, dan berkelanjutan.

“Karena pada akhirnya, aset negara bukan sekadar milik. Ia adalah amanah. Amanah dari rakyat, untuk rakyat sesuai mandat dari para pendiri bangsa” tutup Hasnani.

Setiap bangunan kosong adalah pertanyaan: untuk apa kita biarkan ini terdiam? Setiap lahan atau bangunan tidur adalah peluang yang tertunda. Dan setiap peluang yang dibiarkan, adalah masa depan yang hilang.

Tanah Laut tidak kekurangan modal. Ia hanya butuh langkah nyata. Keberanian untuk membangunkan. Dan kemauan untuk menyambut masa depan yang lebih inklusif.

 

” Aset yang baik adalah yang hidup. Aset yang hidup adalah yang memberi manfaat.” 

 

 

Pos terkait

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *