SAWAHLUNTO (SUMBAR) SUARAPANCASILA.ID — Kasus bunuh diri dua siswa SMPN di Sawahlunto, Sumatera Barat, memicu keprihatinan mendalam dan mempertanyakan predikat Kota Layak Anak yang disandang Sawahlunto. Peristiwa ini menunjukkan bahwa masih ada kelemahan dalam sistem perlindungan anak, terutama dalam hal deteksi dini dan pendampingan psikologis.
Pemerhati pendidikan dan tokoh masyarakat menilai bahwa program Kota Layak Anak harus dievaluasi menyeluruh dan tidak hanya fokus pada pencapaian administratif. Mereka menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan bebas dari perundungan bagi anak-anak.
Tokoh masyarakat Idrayeni SE, yang juga anggota legislatif Kota Sawahlunto dari partai Demokrat,melalui bincang singkat diruang kerja nya pada 03/11/2025 ,merasa prihatin dan sangat menyayangkan kejadian ini. Beliau menekankan pentingnya perbaikan daripada menyalahkan. Meskipun investigasi tidak menemukan perundungan, motif di balik masalah tersebut tetap menjadi perhatian. Secara keseluruhan, fokusnya adalah pada solusi dan pembelajaran dari kejadian tersebut.Dan berharap Pemerintah kota Sawahlunto gerak cepat untuk mengantisipasi agar kejadian ini tidak terulang lagi.
“Peran guru BK sangat strategis dalam mengatasi persoalan yang dihadapi anak remaja, dimana selain menjalankan fungsi sebagai konseling juga diharapkan sebagai fasilitator dalam melihat dan mengembangkan kemampuan anak untuk pendidikan bisa membentuk karakter. Contohnya, pengembangan bakat anak melalui ektra kurikuler seni, olahraga, dan lainnya, serta kegiatan keagamaan yang sangat penting untuk membentuk mental dan spiritual anak-anak,” kata Idrayeni.
Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan diharapkan dapat bekerja sama dengan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan perlindungan anak. Screening kesehatan mental yang merupakan program Dinas Kesehatan sangat mendukung terhadap pemberian informasi hasil kepada pihak sekolah dan Dinas Sosial agar ditindaklanjuti secara bersama dan terpadu.
Masyarakat berharap tanggung jawab semua pihak, terutama pemerintah kota Sawahlunto, untuk meningkatkan perlindungan anak dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Mereka juga berharap pemerintah kota Sawahlunto untuk kembali menggiatkan atau mengaktifkan kembali secara kontiniu program pemerintah sebelumnya, seperti subuh berjemaah, untuk meningkatkan mental anak dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Dengan demikian, diharapkan pemerintah kota Sawahlunto dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Sawahlunto melalui keterbukaan informasi dan kerjasama yang baik antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat.










